Mengantisipasi itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kemeterian Pertanian, Prabowo Respatiyo menggalang sosialiasi kepada peternak lokal agar tidak lagi memotong sapi, khususnya sapi betina produktif. Kementerian Pertanian telah menyiapkan dana untuk menyelamatkan sapi betina produktif sebesar Rp 700 miliar. Sebab, sapi betina tersebut akan dikembangbiakkan dalam upaya swasembada daging 2014. Dinas di provinsi maupun kabupaten dan kota diserahkan tanggungjawab untuk menyelamatkan sapi betina.
Dalam keterangan persnya, Wakil Sekretaris Asosiasi Distributor Daging Indonesia (ADDI), Afan Anugroho menegaskan, pihaknya sangat berkepentingan dengan kesuksesan program swasembada daging sapi nasional tahun 2014. Ia mengungkapkan laju pemotongan sapi betina produktif begitu cepat dan masif bahkan nyaris tidak ada yang bisa mencegah walaupun pemerintah sudah mengeluarkan regulasi UU 18/2009.
"Kalau pasokan yang disediakan oleh lokal itu tidak ada, maka persediaan daging akan habis, sedangkan pemerintah sendiri kan melakukan pengurangan impor kuota terhadap daging impor Indonesia," katanya, Selasa (16/8).
ADDI menilai, sebenarnya gerakan itu adalah momentum pemerintah untuk tidak cuma berwacana karena salah satu penyumbang inflasi adalah harga daging dari peternak yang melonjak naik.
"Artinya kegairahan dalam berbisnis sapi nantinya akan meningkat. Jadi ini momentumnya sudah pas. Menurut saya pemerintah harus segera mewujudkan revitalisasi dan jangan berwacana lagi," kata Afan.
Ia pun sangat mengapresiasi langkah sejumlah importer yang melakukan suatu terobosan. Selain memborong sapi betina produktif, beberapa juga importir telah membebaskan lahan.
"Lahan itu terintegrasi mulai dari pemotongan, penggemukan, pembibitan sampai distribusi. Artinya ada beberapa pengusaha yang sudah melihat kedepannya ada peluang bisnis tanpa menunggu pemerintah melakukan revitalisasi. Mungkin mereka ingin melangkah dulu, Ini menandakan mereka serius," pungkasnya.
Sementara itu, para importir sapi, salah satunya General Manager PT Anzindo Gratia International, Harri, menyatakan, mendukung gerakan tersebut sebagai upaya menyelamatkan sapi betina.
"Kami telah membeli sapi betina produktif sebagai tanggungjawab sosial. Nanti sapi itu akan kita titipkan ke petani, setelah beranak anaknya itu dibagi hasil dengan petani," ujarnya.
Tak hanya itu, pembelian sapi tersebut bertujuan agar impor daging sapi tidak menggangu peternak lokal. Ia mengatakan, selama ini peternak lokal mengeluh karena daging impor sangat menggangu harga daging lokal.
Agar bisa merangsang bisnis lokal menjadi suatu usaha untuk mendampingi daging impor, para importir mengupayakan pembangunan Rumah Pemotongan Hewan yang integral dan memenuhi standar internasional agar kualitas daging sapi lokal tidak kalah dengan daging impor.
[ald]
BERITA TERKAIT: