Nuril yang ditemui di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan (Jumat petang, 29/7), mengungkapkan, keterangan dua bekas sopir Nazaruddin di televisi, banyak janggalnya.
"Mereka sudah tidak bekerja pada Nazar per Januari kemarin. Selain itu, kapasitas mereka itu apa? Sebagai sopir, apa mereka ikut dalam pertemuan," kata Nuril, yang juga sudah mundur dari jabatannya sebagai staf ahli Nazaruddin di DPR.
Nuril Anwar mengakui adanya uang yang dibagikan ke peserta kongres Partai Demokrat pada 2010. Namun, Nuril membantah uang itu sebagai bagian dari politik uang.
"Itu uang untuk akomodasi dan transportasi bagi para pendukung AU (Anas Urbaningrum). Bukan money politics. Jumlahnya juga bukan miliaran rupiah seperti yang diungkap sopirnya (Nazaruddin) itu," kata Nuril.
Karenanya, Nuril menganggap bahwa keterangan dari empat anak buah Nazaruddin dalam wawancara di sebuah televisi itu bohong.
Para pembantu Nazaruddin itu mengaku bertugas sebagai sopir dan pengawal uang yang dibagikan ke peserta kongres. Mereka adalah sopir Nazaruddin bernama Aan, Dede dan Jauhari yang berperan sebagai pengawal uang, dan Dayat seorang sopir staf keuangan PT Anugerah Nusantara, Yulianis.
Dalam wawancara itu, Dede dan Jauhari mengaku ditugasi membawa uang dalam mobil box ke Hotel Aston Premiera di Bandung. Uang tersebut dimasukkan dalam mobil box Daihatsu Espass. Uang yang dimasukkan dalam kamar hotel itu, menurut Dede, diambil terus menerus sampai berakhirnya kongres.
"Keterangan itu kan karena mungkin disuruh sama mantan bosnya itu. Disuruh bicara begini-begini," jelas Nuril.
Menurut Nuril, uang itu tidak hanya dibagikan kepada pendukung Anas Urbaningrum saja.
"Yang tidak mendukung kita bantu juga, karena mereka tidak dapat pulang ke daerahnya. Jumlahnya paling Rp1-2 juta perorang," ujarnya.
Nuril juga membantah ada anggota DPR yang ikut mengawal uang tersebut.
"Tidak ada itu. Mereka hanya berhalusinasi saja," ujarnya.
[guh]