Pertama, Sekretariat Gabungan Koalisi yang tidak mampu membendung desakan reshuffle dari DPR. Kedua, perpecahan di tubuh Partai Demokrat setelah Muhammad Nazaruddin "melukai kanan-kirinya" dari persembunyian.
Mengenai desakan reshuffle dari DPR, politisi senior Partai Golkar, Zainal Bintang, menyebutnya sebagai kegagalan Setgab yang paling besar.
"Itulah makanya saya katakan sejak awal, organisasi itu (Setgab) adalah organisasi siluman, diisi mafia, dimana para petinggi partai politik membagi kekuasaan," ujar Bintang kepada
Rakyat Merdeka Online, Rabu (22/6).
Di kala situasi politik mengancam citra parpol-parpol di dalamnya, maka secara tak langsung para pengisi Setgab akan berlarian menyelamatkan diri.
"Dan itu termasuk oknum Golkar, bukan Partai-nya, tapi oknum Golkar," tegasnya.
Sejak Golkar mempertimbangkan keberadaaanya di Setgab Koalisi, Bintang memang telah menyerukan Golkar untuk keluar dari Setgab.
"Periksa pernyataan-pernyataan saya dari dulu meminta Golkar keluar," imbuhnya.
Mengenai desakan reshuffle yang menguat setelah kasus hukuman mati kepada TKI Ruyati di Saudi, Bintang mengaku sangat sepakat. Dia tak masalah jika empat menteri yang diminta mundur adalah, Menakertrans Muhaimin Iskandar, Menag Suryadharma Ali (SDA), Menlu Marty Natalegawa, dan Mensos Salim Segaf Al Jufri dan juga Kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat.
"Reshuffle itu pintu darurat dari kepungan dan tekanan politik," katanya menanggapi usul dari sidang paripurna DPR.
Tapi Bintang menolak wacana kabinet ahli yang diisi seluruh orang profesional sebagai ganti kabinet sekarang.
"Untuk situasi saat ini tidak cocok kabinet ahli. Saya usul masukkan semua orang Golkar karena mereka berpengalaman mengelola negara ini dan paling tahan banting," tandasnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: