SBY: Saya Berkompromi Bukan Berarti Ragu atau Tidak Berani

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Kamis, 09 Juni 2011, 12:25 WIB
SBY: Saya Berkompromi Bukan Berarti Ragu atau Tidak Berani
presiden sby
RMOL. Seolah menjawab fenomena akhir-akhir ini yang memunculkan kembali kerinduan pada gaya kepemimpinan Orde Baru yang tegas dan penuh stabilitas, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengutarakan gaya kepemimpinan yang dia pilih selama memimpin Indonesia enam tahun belakangan.

"Saya memilih cara dan jalan demokrasi bukan cara yang otoritarian dalam memimpin Indonesia. Banyak yang katakan, sudahlah begini saja, tapi kalau begini sajanya itu mengarah ke otoritarian maka tak serta merta bisa kita jalankan," kata SBY dalam agenda Indonesia Young Leader Forum 2011 dengan tema "Creating New National Competitiveness Through Young Leaders Enablement" di Ballroom 2 Hotel Ritz Carlton Jakarta, Kamis (9/6).
 
Dalam gaya kepemimpinan yang demokratis itu, lanjut SBY, dia tetap menegakkan hukum. Sistem, manajemen dan aturan main harus ditaati. Untuk memastikannya berjalan dan tepat sasaran, SBY memilih turun tangan langsung. Dia tegaskan, tidak mungkin memimpin negara secara serampangan dan memperbesar risiko.

"Dalam banyak hal saya tangani masalah-masalah secara langsung. Saya memilih bukan mendelegasikan semua hal di belakang meja tapi saya ingin kontrol arah dan progressnya. Pemimpin tidak boleh mendelagasikan banyak hal," tegas SBY

SBY juga menjelaskan, stabiilitas politik, sosial dan kemanan dalam negeri adalah hal-hal utama agar perekonomian juga baik. Tidak mungkin perekonomian berjalan baik kalau konflik dan gunjang-ganjing ada dimana-mana.

"Orde Baru yang jaga stabilitas keamanan, itu betul. Persoalannya sekarang dengan tetap menjaga stabilitas, kita pilih yang sesuai norma demokrasi dan rule of law sekarang ini. Kalau tidak kondusif, bagaimana berbisnis?" tutur SBY.

SBY mengakui, sekali-sekali dia harus berkompromi dengan keadaaan politik. Menurutnya, terkadang konsensus lebih baik demi mengurangi konflik politik.

"Sekali-sekali saya berkompromi, lebih baik bangun konsensus. Bukan berarti saya ragu atau tidak berani, tapi tidak ingin semakin menjadi-jadi benturan dan konflik itu yang membawa kita ke sepuluh, sebelas, dua belas dan tiga belas tahun lalu," tutur SBY.[ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA