Namun demikian, aparat keamanan Indonesia tidak boleh lengah karena ancaman kelompok teroris akan selalu ada.
"Tewasnya Osama bukan berarti perang melawan teroris mengendor atau berakhir. Para pengikut pemimpin Al-Qaedah itu diyakini akan terus melakukan perlawanan meskipun pemimpin mereka telah tiada," ujar Sekretaris Bidang Dakwah dan Pengkajian Agama, Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Hery Sucipto, di Jakarta, Senin (2/5).
Lebih lanjut, pemerhati masalah keamanan dan terorisme ini menegaskan, bagi pengikut Al-Qaeda dan jaringan teroris lainnya, tewasnya Osama tidak begitu menjadi pukulan, karena bagi mereka perlawanan jihad bersifat ideologis. Berbeda dengan perlawanan yang bersifat politis.
"Jadi Indonesia harus tetap waspada karena ini perang ideologis. Perang yang didasarkan pada paham ideologis akan lebih panjang dan tanpa henti, ketimbang yang dilatarbelakangi kepentingan politik," paparnya.
Ia menambahkan, bahwa potensi kekerasan dan teror sangat mungkin terjadi terutama di negara-negara yang kerap dirundung dan sedang didera konflik, seperti Indonesia, Afghanistan, Pakistan, Libya, dan beberapa negara Timur Tengah lainnya. Kelompok Al-Qaeda, katanya, akan memanfaatkan konflik tersebut dengan cara menungganginya.
[ald]
BERITA TERKAIT: