luar negeri. Kali ini giliran Komisi I yang melanglang buana. Alhasil, LSM Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA) menuding Komisi I menghamburkan Rp 4,5 miliar duit negara.
Komisi I DPR kali ini setidakÂnya pergi ke empat negara, yaitu Amerika Serikat, Turki, Rusia dan Prancis. Namun, FITRA meÂnyangkal bahwa yang dilakukan Komisi I DPR sebagai kunjungan kerja. Menurut mereka, Komisi I hanya plesiran.
“Ini pemborosan yang tak bisa dimaafkan, karena anggaran yang mereka gunakan dari pajak publik. Seharusnya, anggaran itu digÂunakan untuk program maÂsyaÂrakat miskin, bukan untuk jalan-jaÂlan ke luar negeri,†kata KoorÂdinator Investigasi dan Advokasi Fitra Uchok Sky Khadafi.
Menurut FITRA, untuk ke AS, DPR memberangkatkan sembilan anggota. Sehingga, untuk tiket pesawat menghabiskan 11.463 doÂlar AS atau Rp 954.294.750. Itu belum ditambah dua tiket peÂsaÂwat untuk sekretaris, sehingga akan menambah anggaran sebeÂsar 3.743 dolar AS. Atau, sekitar Rp 69.245.500 untuk dua sekretaris.
Selain itu, menurut FITRA, para anggota Dewan bersama dua sekÂretaris tersebut akan di AmeÂrika seÂlama tujuh hari. Dalam tujuh hari, anggota DPR akan menÂdaÂpatkan uang harian 523 doÂlar AS atau Rp 304,7 juta jika dikalikan tujuh hari. Untuk sekÂretarisnya diberikan uang harian 415 dolar AS per hari atau sekitar Rp 53,7 juta untuk tujuh hari. KeÂmudian, ada uang representasi 2.000 dolar AS atau sekitar Rp 18.400.000.
Fasilitas lain yang didapat anggota DPR ialah asuransi 50 doÂlar AS per anggota. Jika dikaÂliÂkan akan mencapai Rp 4.162.500. Asuransi juga didapat dua orang sekretaris, masing-masing 50 dolar AS atau sekitar Rp 925.000. Jadi, total untuk ke AS saja menÂcapai Rp 1.405.548.500 (satu miÂliar, empat ratus lima juta, lima ratus empat puluh delapan ribu, lima ratus rupiah).
Sedangkan untuk ke Turki, meÂnurut FITRA, sembilan tiket yang digunakan anggota DPR akan menghabiskan 6.641 dolar AS atau Rp 552,86 juta. Itu belum terÂmasuk dua tiket untuk sekretaÂris yang akan menambah peÂngeÂluaÂran mencapai 3.581 dolar AS atau sekitar Rp 66,24 juta.
Selama di Turki, sembilan anggota DPR mendapatkan 361 dolar AS per hari, atau Rp 210,37 juta untuk tujuh hari. Dua sekÂretaris itu dapat 208 dolar AS per hari atau sekitar Rp 26,93 juta unÂtuk tujuh hari.
Di Turki juga ada uang repreÂsenÂtasi 2.000 dolar AS atau sekiÂtar Rp 18,4 juta. Kemudian, asuÂransi bagi sembilan anggota DPR masing-masing 50 dolar AS. Atau sekitar Rp 4,1 juta untuk semÂbilan anggota DPR. Untuk sekÂreÂtarisnya 50 dolar AS per orang. Atau, total asuransi sekretaris seÂkitar Rp 925.000. Jika ditotal, Fitra menyebut kunjungan KoÂmisi I ke Turki menghabiskan dana sebesar Rp 879.908.000.
Komisi I juga melakukan kunjugan ke Rusia. Menurut FITRA, untuk tiket pesawat ke Rusia, sembilan anggota DPR itu mengahbiskan 9.537 dolar AS atau sekitar Rp 793,9 juta. SeÂdangkan untuk tiket pesawat dua sekretaris menghabiskan 5.143 dolar AS atau sekitar Rp 95,1 juta.
Di Rusia, sembilan anggota DPR itu menginap tujuh hari dan menÂdapatkan uang harian sebesar 552 dolar AS, atau totalnya Rp 321,6 juta. Untuk sekretarisnya, akan mendapatkan uang harian 405 dolar AS atau totalnya Rp 52,4 juta.
Di Rusia, mereka mendapatkan uang representasi 2.000 dolar AS atau totalnya Rp 18,4 juta. MereÂka pun mendapatkan asuransi 50 dolar AS. Jika dikalikan sembilan orang, maka akan mencapai Rp 4,1 juta. Asuransi untuk sekretaris pun 50 dolar AS atau sekitar Rp 925 ribu. Jika ditotal, kunjungan ke Rusia menghabiskan Rp 1.286.713.750 (satu miliar, dua ratus delapan puluh enam juta, tujuh ratus tiga belas ribu, tujuh ratus lima puluh ribu rupiah).
Komisi I juga berkunjung ke PranÂcis. Sembilan anggota DPR menghabiskan dana untuk tiket 6.177 dolar AS atau sekitar Rp 514,2 juta. Dua buah tiket untuk sekreÂtaÂrisnya menghabiskan 3.331 dolar AS atau sekitar Rp 61,6 juta.
Di Prancis, sembilan anggota deÂwan itu akan diberi uang per haÂrinya 508 dolar AS. Jika dikaliÂkan tujuh hari, maka mencapai Rp 296 juta untuk sembilan orang itu. Dua sekretarisnya pun akan mendapatkan uang per hari 380 doÂlar AS. Jika dikalikan satu mingÂgu, maka akan mencapai Rp 49,2 juta. Di sana, mereka juga akan mendapatkan uang representasi 2.000 dolar AS atau Rp 18,4 juta.
Mereka juga mendapatkan asuÂransi 50 dolar AS per orang atau totalnya sekitar Rp 4,1 juta. SekÂretarisnya juga mendapatkan asuransi 50 dolar AS atau seÂkitar Rp 925 ribu. Jika ditotal, maka anggaran untuk ke Prancis Rp 944.593.250.
Ini Kunjungan Kerja, Bukan Untuk Plesiran
Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq menepis tudingan LSM FITRA. Menurutnya, kunjungan kerja bidang pertahanan DPR dalam masa reses ke Amerika Serikat, Rusia, Turki dan Prancis untuk menggali masukan tentang industri pertahanan, undang-undang intelijen dan kebijakan politik isu.
Mahfudz menjelaskan, keÂbeÂrangkatan dibagi dalam empat grup. Tiap grup berjumlah seÂkira 10 sampai 11 orang terÂmaÂsuk sekÂretaris. “Sudah berangÂkat ke SpaÂnyol, ada yang ke AmÂeÂrika, RuÂsia, Turki, satu lagi saya lupa, PranÂcis atau Italia,†katanya, kepaÂda <I>Rakyat MerÂdeka, Kamis (14/4).
Hal senada disampaikan Wakil Ketua Komisi I DPR, TB HasaÂnuÂdin. Menurutnya, Komisi I baÂkal terbang ke beberapa negara di Eropa dan Amerika Serikat. BuÂlan ini dan Mei depan. Tapi, wakÂtu pastinya tergantung kesiapan negara tujuan. “Ada beberapa yang direncanakan. Kunjungan itu ke Rusia dan Amerika,†katanya.
Tubagus menjelaskan, kunker ke Rusia dan AS untuk melihat industri pertahanan. Jadwal ini sudah direncanakan pada 2010. Soal berapa banyak anggota Komisi I yang pergi, politikus PDI Perjuangan itu, mengaku tidak tahu.
Yang jelas dibagi-bagi. “Ada yang berangkat sekarang, ada yang Mei. Dari Komisi itu dipeÂcah menjadi tiga atau empat grup,†terangnya.
Anggota Komisi I DPR SuÂsaÂningtyas Nefo Handayani Kertapi menyatakan, ia dan rekan-reÂkanÂnya akan berangkat ke Amerika Serikat, Rusia, Prancis dan Italia. “Tapi hari ini sudah ada yang berangkat ke Italia dan Prancis. Kalau saya berangkat ke Amerika nanti sekitar Mei,†katanya.
Menurutnya, rombongan yang ke Italia dipimpin Ketua Komisi I DPR Mahfudz Sidiq. Adapun yang ke Prancis, rombongan dipimpin Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin.
Susaningtyas bersama 10 angÂgota Komisi I DPR akan bertolak ke Amerika Serikat. Mereka akan mengunjungi kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), PentaÂgon, serta kantor senator Amerika Serikat. Politisi Partai Hanura ini mengatakan bahwa kunjungan tersebut untuk studi banding.
Untuk kunjungan ke Prancis, Italia, dan Rusia, Susaningtyas meÂngatakan bahwa pihaknya akan melihat persenjataan dan perundang-undangan mengenai sistem pertahanan. “Kami ingin melihat bagaimana mereka bisa mendunia untuk industri strateÂgisnya,†katanya.
Semua Dilarang Jadinya 5 D
Nudirman Munir, Wakil Ketua BK DPR
Anggota Komisi III DPR sekaligus Wakil Ketua Badan KeÂhormatan (BK) DPR NuÂdirÂman Munir berpendapat, setiap anggota Dewan memerlukan kunjungan kerja ke luar negeri. Soalnya, kunjungan kerja saÂngat perlu untuk menyerap peÂlajaran penting dari kondisi temÂpat-tempat yang dikunjungi.
“Siapa bilang tidak penting. Kunjungan kerja itu penting. Jika begini dilarang, begitu diÂlaÂrang, yang ada anggota dewan kerjaÂnya 5D. Datang, duduk, diam, deÂngar, dapet duit,†katanya.
Menurutnya, kunjungan ke daerah-daerah berguna bagi angÂgota DPR untuk mengeÂtahui kondisi yang sebenarnya. “Bagaimana kita tahu pulau kita dijual? Bagaimana kita tahu paÂtok perbatasan kita hilang? BaÂgaimana kita tahu kalau kita tiÂdak datangi langsung. MaÂkaÂnya, jangan langsung menilai salah terus,†tegasnya.
Hal yang sama berlaku daÂlam kunÂjungan ke luar negeri. NuÂdirman meneÂgaskan, kunÂjuÂngan ke luar negeri juga diÂperÂlukan angÂgota DPR. “MiÂsalÂnya, meliÂhat aturan yang ada di neÂgara itu. Kemudian memÂpeÂlaÂjari sistem pemerintahan yang berjalan di negara terÂseÂbut, apaÂkah berjalan baik atau tidak,†katanya.
Namun, ketika ditanya meÂngeÂnai anggaran yang ideal unÂtuk kunjungan kerja ke luar neÂgeri, politisi Golkar itu enggan berkomentar. Yang pasti, setiap kunker, termasuk yang ke luar negeri, pasti ada proposalnya.
“Kalau soal anggaran, saya tidak menguasai. Yang dinilai pantas atau tidak itu proposalÂnya, nanti yang menilai adalah Ketua DPR dan komisinya,†ucap dia.
Tak hanya proposalnya yang bisa dicermati, hasil kunjungan kerjanya juga bisa dikritisi. HaÂsil kunker, menurut dia, tidak haÂnya disampaikan di internal DPR, tapi juga disampaikan keÂpada masyarakat.
“Sebagusnya setelah pulang, mereka melaporkan kepada maÂsyarakat. Badan Kehormatan bisa meminta itu. Kita lihat, kaÂlau memang itu tidak dilakÂsaÂnakan, bisa saja BK meminta,†ujarnya.
Kurang Percaya Kunker Komisi I
Erry Riyana, Bekas Wakil Ketua KPK
Bekas Wakil Ketua Komisi PemÂberantasan Korupsi (KPK) Erry Riyana Hardjapamekas kurang percaya kunjugan kerja Komisi I DPR akan memÂbeÂriÂkan hasil yang maksimal untuk kemajuan sistem pertahanan di Indonesia.
“Saya kurang percaya jika nanti mereka pulang ke IndoÂneÂsia akan membawa hasil yang memuaskan untuk kemaÂjuan bidang pertahanan kita. Saya melihatnya hanya sekadar kunjungan ke luar negeri biasa tanpa misi khusus,†katanya.
Menurut Erry, seharusnya para anggota DPR tidak perlu menghamburkan anggaran yang jumlahnya miliaran terseÂbut. Dia menyarankan, seÂbaikÂnya dana sebesar itu digunakan untuk memajukan masyarakat. “Ada baiknya misalkan dibaÂngun gedung sekolah untuk meÂnunjang sarana pendidikan kita,†lanjut dia.
Jika memang ingin bertukar pikiran dengan negara lain, Erry menyarankan DPR menjalin komunikasi dengan organisasi parlemen internasional. Dengan begitu, DPR bisa menghemat angÂgaran. “Toh, saat ini akses komputerisasi sudah sangat canggih. Apalagi, DPR sudah diÂlengkapi sistem IT yang cuÂkup memadai. Lantas, kenapa tak memaksimalkan fasilitas itu,†tandasnya.
Supaya tidak dianggap mengÂÂhamburkan uang negara, Erry berÂharap kepada DPR unÂtuk transÂparan kepada maÂsyaÂrakat tentang jumlah uang yang diguÂnakan untuk kunÂjuÂngan kerja ke luar negeri.
“YaÂitu saÂlah satu poin yang bagus untuk menamÂbah rasa percaya masyÂaÂrakat keÂpada parÂlemen,†tuturnya.
Erry juga mengkritik renÂcana DPR membangun gedung baru pada Juni tahun ini. MÂeÂnuÂrutÂnya, pembangunan geÂdung itu akan menambah beÂban angÂgaÂran negara yang haÂrus dikÂeÂluarÂkan. “Selain itu, saÂngat rawan praktik pengÂgeÂlemÂbungan harÂga. Kalau itu yang terjadi, maka bisa diÂkaÂteÂgorikan seÂbagai praktik koÂrupsi,†tanÂdasnya. [RM]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: