Saat ini marak aksi kekerasan umat beragama serta aksi teror bom yang mengatasnamakan agama sehingga dapat mengganggu kerukunan umat beragama. Bagaimana Anda melihat hal ini?Menurut saya kerukunan umat beragama di negeri ini sudah terjaga. Muslim sebagai kaum mayoritas Indonesia di negeri ini menurut saya 90 persen merupakan nasionalis. Lihat saja dalam Pemilu sejak tahun 1955, selalu yang menjadi panglima adalah kekuatan nasionalis.
Nah sebagai bagian dari kaum minoritas saya merasa umat beragama di Indonesia sudah melakukan toleransi. Dari yang saya tahu, Islam itu merupakan ajaran yang sejuk dan damai. Jadi, orang yang melakukan tindakan anarkis apalagi hingga memakan korban itu memperkeruh suasana. Seperti yang pernah diutarakan Yenny Wahid: “Jangan mengaku Islam kalau membunuh orang!
Bisa dibilang, muslim di Indonesia sebagaian besar berpikiran seperti itu sehingga ke-bhineka tunggal ika bisa terjamin. Kalau misalnya saudara-saudara kita mayoritas yang muslim mematok harga mati sayariat Islam, maka ini tak lagi menjadi negara pancasila dan Indonesia bisa tercabik-cabik. Tapi menurut saya muslim di Indonesia itu sudah melakukan toleransi antar agama, sehingga negara ini tetap menjadi NKRI.
Selama ini saya sudah merasakan kenyamanan atas segala kerukunan umat beragama. Saya bisa bebas melakukan kegiatan yang saya percaya karena sudah dijamin negara. Apalagi, amanah kerukunan dari para founding father bangsa ini sudah tercantum di dalam UUD’45. Memang para founding father itu sangat visioner. Indonesia itu sakti karena Pancasila. Bahkan, ketika Barrack Obama datang dia berkata Amerika Serikat akan belajar dari Indonesia tentang Pancasila dan pluralisme. Ini kelebihan dari founding father negeri kita.
Dalam beberapa kejadian aksi kekerasan dan teror yang mengatasnamakan agama justru kalangan Islam menentangnya misalnya kalangan NU dan Muhammadiyah. Lihat saja seperti Ketua NU (KH Said Aqil Siradj) dan Ketua Muhammadiyah (Din Syamsuddin)yang merupakan tokoh agama tapi berjiwa nasionalis dengan rasa kebangsaan yang tinggi.
Kalau begitu ini harus segera ditanggulangi?Ya harus begitu. Pemerintah harus cepat bertindak. Dan, masyarakat jangan terprovokasi tindakan itu dalam memecah kerukunan umat beragama.
Lalu soal kinerja SBY saat ini?Jelas kalau kinerja SBY selama ini sudah baik. Kalau pun masih kekurangan itu masih dalam batas wajar. Perbaikan nanti akan terus berjalan. Tapi, perlu diingat sebaiknya beliau memilih pembantu-pembantu yang bisa bekerja sama dengan baik.
SBY sepertinya sering berbenturan kebijakan dan pandangan dengan pemimpin daerah, lalu bagaimana menurut anda?Ini agak dilematis. Pemerintah itu kan bukan hanya presiden dan menteri, tapi juga pada tingkat paling bawah. Jangan kebijakan antara pusat dengan daerah itu berbeda. Misalnya karena presiden berasal dari Partai Demokrat lalu ada pemerintah daerah seperti gubernur, bupati atau walikota dari partai lain maka kebijakannya menjadi berbeda.
Belum lagi soal UU Otonomi Daerah yang diartikan semuanya bebas, padahal seharusnya ada rambu-rambu yang harus dijaga.Ada kesan raja-raja kecil di daerah karena interpretasi mengenai UU Otonomi Daerah itu diartikan berbeda. Sebaiknya pemerintah daerah jangan mengeluarkan kebijakan yang hanya berdasarkan kepada kepentingan golongan, melainkan harus didasarkan kepada rakyat banyak. Itulah mengapa Pak SBY marah.
Bagaimana bisa program pemerintah pusat yang sudah direncanakan dengan bagus kemudian digagalkan oleh pemerintah daerah. Harus satu irama dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah. Semuanya menjadi satu rantai.
Sedikit masuk ke ranah politik. Kini marak partai politik yang berdiri. Bagi Anda berapa jumlah partai ideal yang ada di Indonesia?Kalau menurut saya idealnya harus mengacu kepada UUD’45. Ini agar tak melanggar rambu-rambu. Kalau sudah memenuhi syarat Kementerian Hukum dan HAM serta verifikasi KPU maka semua layak mendirikan parti politik. Nah yang paling berat memang dalam aturan Partai Politik yang baru disahkan ini. Perlu juga diperhatikan suara yang terbuang bagi partai kecil. Sebab, kalau suara-sauara partai kecil ini dikumpulkan jumlahnya juga besar.
Apa harapan ke depan?Harapannya adalah regenasi dalam menciptakan Soekarno-Soekarno kecil untuk pemimpin ke depan yang tidak membedakan agama, tidak membedakan ras dan perbedaan lainnya. SBY juga menurut saya sudah seperti itu karena tidak membeda-bedakan.
[arp]