Umumnya, perbedaan pendapat itu dianggap tidak biasa dan tidak wajar. SBY adalah pendiri dan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, sementara Marzuki Alie adalah salah seorang kader partai itu. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa SBY merupakan figur pertama dan utama di Partai Demokrat yang apapun pernyataannya selalu diamini kader Partai Demokrat terlebih yang berada di posisi pimpinan lembaga-lembaga penting negara.
“Isu seputar keputusan membangun gedung DPR senilai Rp1,1 triliun yang dipaksakan Ketua DPR Marzuki Alie yang terkesan berlawanan dengan pernyataan Presiden SBY yang juga Ketua Dewan Pembina Demokrat benar-benar dagelan politik yang paling lucu di tahun 2011,†ujar Sekjen Asosiasi Pembayar Pajak Indonesia (APPI) Sasmito Hadinagara, kepada Rakyat Merdeka Online, Selasa malam (12/4).
Sasmito yang kini dikenal sebagai inisiator gerakan SasmitoLeaks setelah belakangan ini gencar membongkar berbagai skandal di lingkungan Kementerian Keuangan dan Dirjen Pajak curiga perbedaan pandangan antar SBY dan Marzuki Alie itu adalah disain politik untuk menciptakan hingar bingar baru di media massa.
“Tujuannya bisa jadi agar publik lupa pada megaskandal danatalangan Bank Century senilai Rp6,7 triliun yang lenyap tak jelas pertanggungjawabannya. Juga bigfish mafia pajak Bank Mandiri senilai Rp2,5 triliun serta dugaan restitusi pajak PPN senilai triliunan rupiah yang patut diduga melibatkan Boediono, Sri Mulyani dan para Dirjen Pajak di era 2003 sampai dengan 2010,†ujar Sasmito.
Dia menyerukan agar stakeholder perpajakan nasional, rakyat Indonesia, mewaspadai perbedaan pendapat SBY dan Marzuki Alie yang disebutnya sebagai dagelan paling lucu itu.
“Waspadalah para stakeholder. Uang Centurygate dan dana restitusi pajak triliunan rupiah itu adalah uang rakyat yang disetor ke kas negara. Sehingga satu rupiah pun harus dipertanggungjawabkan oleh pejabat publik,†katanya lagi.
Khusus untuk Presiden SBY, Sasmito berpesan agar tidak pilih kasih. Aulia Pohan yang merupakan besan SBY sempat mendekam di penjara karena dinyatakan bersalah dalam kasus Yayasan BI yang merugikan keuangan negara Rp100 miliar.
“Masak pembantu yang salah tidak dimejahijaukan?†demikian Sasmito bertanya. [guh]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: