Direktur Indonesia Maritime Institute (IMI), Y Paonganan mengatakan, proyek jembatan yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera itu sangat rentan dan bisa jadi penghamburan anggaran.
"Walaupun itu dana investor apalagi kalau sifatnya pinjaman atau Loan (utang)," tambah Y Paonganan kepada
Rakyat Merdeka Online, Minggu (10/4).
Doktor lulusan Institut Pertanian Bogor ini melanjutkan, kerentanan proyek jembatan bernilai Rp 200 triliun itu lantaran kondisi Anak Gunung Krakatau yang sewaktu-waktu bisa meletus. Apalagi diketahui, kawasan Selat Sunda yang terletak pada zona peralihan tektonik aktif antara Sumatera dan Jawa ini dikenal sebagai salah satu kawasan rawan bencana geologi atau
ring fire di Indonesia. Kerawanan ini ditandai dengan terjadinya bencana geologi seperti gempa bumi, letusan guning api, tsunami, dan gerakan tanah.
Selain itu, Ongen, begitu dia disapa, juga mengkuatirkan keberadaan JSS akan merubah pola arus laut sehingga berimplikasi terhadap perubahan komposisi oseanografi dan ekosistem laut. Didasari pertimbangan inilah, IMI mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan dengan cermat sebelum merealisasikan proyek berjarak sekitar 31 kilometer tersebut.
"Jika pemerintah tetap ngotot ya harus mampu meyakinkan rakyat Indonesia dulu baik secara ilmiah dan teknis khususnya berkaitan dengan kerentanan gempa dan ekologi perairan. Sebagai negara maritim yang dikelilingi oleh cincin api, seharusnya pemerintah tahu betul dampak yang akan ditimbulkan," bebernya.
"Jangan menganggap sepele, kita harus belajar dari gempa dan tsunami di Jepang. Dengan teknologi yang sangat tinggi pun, gempa dan tsunami tidak peduli, bahkan teknologi tinggi sekelas PLTN saja dibuat rata dengan tanah," sambungnya.
[wid]
BERITA TERKAIT: