Demikian dikatakan Mantan Menteri Keuangan, Fuad Bawazier, menanggapi pidato Presiden. Menurutnya, yang terjadi sekarang, di saat pertumbuhan ekonomi diklaim menguat, kesenjangan sosial antara kelompok kaya dan miskin justru semakin lebar.
"Dalam pemrintahan SBY ini jurang perbedaan semakin tajam, semakin melebar. Kenapa terjadi itu jawabannya sederhana, bahwa presiden dan wakil presiden berganti, tapi rezim ekonomi tidak berubah, neoliberal dan mafia Berkeley itu yang masih berkuasa dalam bidang ekonomi," ujarnya.
Terang-terangan Fuad menyebut, rejim ekonomi begawan ekonomi Orde Baru, Widjojo Nitisastro, berkuasa di dalam pemerintahan SBY. Yang paling mencolok adalah kehadiran Wakil Presiden Boediono yang merupakan pentolan barisan pengikut Widjojo yang sangat berpengaruh karena melahirkan sejumlah kader yang secara bergantian duduk di kabinet dan pemerintahan.
Fuad mengatakan, regulasi dan implementasi kebijakan ekonomi di lapangan tidak sesuai dengan konstitusi yang berjiwa ekonomi kerakyatan. Paham neolib juga telah menyebabkan Indonesia terjebak ke dalam utang luar negeri dan jauh dari kemandirian.
"Teori yang memuji-muji pertumbuhan ekonomi itu teori yang salah. Itu paham neolib, gagal dan berpihak pada asing. Itu teori salah. Kenapa masih diikuti oleh pemerintah, karena mereka sendiri pengikut noeliberal," ucapnya.
Tadi pagi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membantah kritikan dari dalam negeri tentang kebijakan ekonomi pemerintah yang hanya memperhatikan pertumbuhan ekonomi makro.
Menurut SBY
, pemerintah tetap menganut strategi pembangunan empat jalur, pro pertumbuhan, pro lapangan pekerjaan, pro pengurangan kemiskinan dan pro lingkungan. Dijelaskan SBY, jika pertumbuhan ekonomi lemah, maka takkan berikan kesejahteraan. Di dunia ini, lanjutnya, negara yang tak alami pertumbuhan ekonomi pasti berjalan di tempat.
[ald]
BERITA TERKAIT: