Sekalipun kita punya pengalaman dengan calon-calon independen di daerah, kata Ikrar, tapi tetap saja dua kasus tersebut sangat berbeda jauh. Ada kondisi sosio-politik yang membedakannya.
"Tidak bisa dihubung-hubungkan seperti itu. Kalau di daerah calon independen masih bisa. Kalau di daerah, emosi personal antara calon dan pemilihnya sangat kuat. Di pusat kan tidak seperti itu," katanya di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (31/3).
Beda lainnya, kata Ikrar, soal populasi pemilih. Pemilih pada Pilkada tidak terlalu banyak, sementara di pusat pemilihnya ratusan juta. Makanya Capresnya itu harus canggih, tidak hanya dirinya punya hubungan baik dengan partai tapi juga antara partainya dengan dirinya.
Apapun alasannya, tegas Ikrar, gagasan calon presiden dari kalangan independen sebagai gerakan deparpolisasi yang sangat berbahaya, bahkan bahayanya sama persis saat Orde Baru (Orba) dan Orde Lama (Orla).
[arp]
BERITA TERKAIT: