"Pertama terjadi di negara yang mayoritas penduduknya muslim sementara bersahabat atau bersektu dengan Amerika. Bisa bersekutu karena tidak bermusuhan atau berdekatan dengan Israel. Ikut memerangi terorisme Al-qaeda dan atau dikendalikan oleh Bank Dunia," jelas mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazir dalam disksusi di Dekoen Coffee, Pancoran, Jakarta Selatan (Minggu, 6/3).
Bukti lainnya, beber Fuad yang juga mantan Dirjen Pajak ini, penguasa di negara-negara Timur Tengah ingin membangun dinasti. Kalau pun rata-rata sudah berkuasa 20-an tahun dan konon mereka juga mau membentuk dinasti keluarga. "Sekarang di kita juga hampir-hampir sama," ujarnya.
Tak hanya itu, lanjut Fuad, kesamaan lain antara Mesir, Tunisia juga dalam hal ini Libya, dengan Indonesia adalah sama-sama menerapkan sistem demokrasi formalitas-prosedural. "Di negara-negara itu penegak hukumnya menutup-nutupi kejahatan pemerintahan. Aparat hukumnya bekerjasama dengan pemerintah dengan kompenasi boleh memperkaya diri lewat korupsi," terang Fuad.
Masih ada kesamaan lainnya. "Income perkapita rata-ratanya sama dengan kita. Hanya Yaman di bawah. Kemiskinanya sama tinggi, inflasi 16,18 persen. Jadi bukan tidak mungkin terjadi juga di sini," masih kata Fuad yang juga Ketua DPP Hanura ini.
Namun Fuad mengakui ada juga perbedaan antara Indonesia dengan negara-negara di Timur Tengah tersebut. Tapi perbedaannya cuman satu. Yaitu dalam hal kebebasan berekspresi. Di Indonesia prinsip kebebasan pers, bersikap, berpendapat dijamin undang undang. Sementara di kawasaan Arab itu tidak diperbolehkan. Meski begitu, kebebasan di Indonesia tidak betul-betul terjamin.
"Ingat, kebebasan yang ada juga berisiko. Misalnya Gus Choi (Effendi Choiri) terancam
recall (oleh PKB karena mendukung hak angket pajak)
; (Komjen) Susno nyoba-nyoba bongkar kasus Gayus dipidanakan, Misbakhun terlalu vokal dengan Century masuk penjara, Antasari konon mau buka (kasus) IT KPU dipenjarakan," tandasnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: