Selain itu, dua tarian lain, Tortor Somba dan Tortor Tunggal Panaluwan juga disambut dengan tepuk tangan ribuan anggota masyarakat yang memadati lokasi pembukaan PDT 2010 di Parapat, Sumatera Utara, Rabu sore ini (20/10).
Seperti kedua Tortor lainnya, Tortor Sipitu Cawan juga biasanya ditampilkan di acara adat dan kerjaan di masa lampau. Tarian ini dibawakan oleh tujuh wanita yang masing-masing menjinjing mangkok putih di atas kepala.
Selain itu, seorang penari yang berada paling depan dengan sedemikian rupa menyusun enam mangkok putih lain di tangan kanan dan kirinya sambil terus menari mengikuti alunan musik gondang dan serune atau gendang dan seruling yang bertalu-talu seakan saling menyusul.
Seorang penari laki-laki menjadi pemandu ketujuh wanita yang digambarkan sebagai tujuh bidadari yang turun dari kahayangan ke puncak Pusuk Buhit di Pulau Samosir yang dipercaya sebagai tempat orang Batak bermula.
Ketua Panitia PDT Parlindungan Purba dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) KGR Hemas yang duduk di panggung kehormatan bertepuk tangan memperlihatkan rasa kagum mereka.
Dirjen Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Sapta Nirwandar yang mewakili Menteri Jero Wacik yang berhalangan hadir tanpa alasan yang jelas juga terlihat puas.
Jero Wacik bukan satu-satunya pejabat yang membatalkan kehadiran. Gubernur Sumatera Utara Syamsul Arifin yang seharusnya menjadi tuan rumah pun tak memperlihatkan batang hidung di
event internasional ini.
Tetapi, seperti disampaikan Parlindungan, PDT 2010 bukan pesta pejabat. Melainkan pesta rakyat.
Pernyataan Parlindungan benar adanya. Karena keindahan Tortor Sipitu Cawan dan dua Tortor lainnya lah yang menyempurnakan pesta ini.
[guh]
BERITA TERKAIT: