"Jadi teroris itu mulai dari sifatnya klandestin, operasi tertutup dan memasang bom dan sebagainya. Sekarang mereka sudah pada tahap kedua," jelas anggota Komisi I DPR, Mayjen (purn) Tubagus Hasanuddin, saat dihubungi
Rakyat Merdeka Online, Rabu (22/9).
Tahap kedua yang dimaksud mantan Sekretaris Militer Presiden ini adalah bentuk-bentuk teror seperti menyerang pos kemanan, mengambil senjata aparat, mencari keuangan secara terbuka dan menghalalkan segala cara untuk pembiayaan operasi dan melakukan gerilya.
Untuk diketahui, Tubagus yang biasa disapa TB, adalah salah seorang yang sejak awal menduga kuat ada motif politik di balik maraknya perampokan bersenjata api di berbagai daerah, khususnya kejadian perampokan CIMB Niaga Medan, 18 Agustus lalu. Kini, keyakinannya akan hal itu kian menebal.
"Di balik gerakan itu ada tujuan menggulingkan pemerintahan sah," jelasnya.
Berkaitan dengan tragedi penyerangan ke Mapolsek Markas Polsek Hamparan, Deeli Serdang, Sumut, TB secara tegas mengatakan itu adalah bukti kelemahan intelijen negara dalam mengantisipasi serangan-serangan terbuka yang dilakukan kelompok teroris.
TB menyesalkan polisi tidak dapat mengeksploitasi informasi dari 19 orang tersangka perampokan CIMB Niaga yang sudah diamankan. Padahal, dengan demikian polisi bisa mencegah gerakan belasan DPO yang masih bebas.
"Kok tidak mampu eksplitasi informasi intelijen untuk hancurkan gerakan mereka?" sesalnya.
"Dalam lihat situasi seperti ini, kesiapan apapun, kelihaian apapun dari pasukan tempur atau satuan yang bersenjata dari Densus 88 atau Detassemen Anti Teror Kopasus takkan ada artinya kalau tak dilengkapi data intelijen," tegas TB.
[ald]
BERITA TERKAIT: