Serangan dengan senjata modern yang diluncurkan Thailand bukan hanya mengguncang kawasan, tapi juga mempertaruhkan kredibilitas ASEAN di mata dunia.
Indonesia sebagai saudara tua atau “the big brother in ASEAN” dan Malaysia selaku ketua ASEAN saat ini, ditantang untuk segera mengambil peran sentral dalam meredam konflik.
Publik menanti, apakah dua negara ini mampu membawa Thailand dan Kamboja kembali ke meja perundingan.
Belajar dari keberhasilan Indonesia di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sukses meredam konflik serupa pada 2011, kini giliran pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang harus ambil langkah cepat dan konkret.
Menteri Luar Negeri Sugiono perlu digerakkan untuk menjalankan diplomasi antar-shuttle, menemui kedua belah pihak demi meredakan ketegangan.
Langkah awal: mendorong kedua negara menahan diri dan membuka peluang kehadiran observer netral, bahkan penjaga perdamaian dari negara-negara ASEAN, guna mencegah konflik meluas.
Indonesia juga mesti memimpin konsolidasi negara-negara ASEAN sebagai mediator aktif.
Target utamanya: mendorong gencatan senjata, menyusun mekanisme penyelesaian konflik, dan menetapkan timeline resolusi. Langkah ini krusial demi mengembalikan stabilitas kawasan dan melanjutkan agenda pembangunan ekonomi regional.

*Penulis adalah Direktur Pascasarjana Studi Hubungan Internasional Universitas Paramadina
BERITA TERKAIT: