Industri merupakan lokus bagi penerapan praktik ilmu akuntansi, sedangkan masyarakat adalah mereka yang bekepentingan terhadap informasi akuntansi. Selain itu, masyarakat sekaligus bagian yang memproduksi profesi akuntansi melalui lembaga pendidikan.
Realitas di atas penting menjadi variabel dalam mengulas transformasi akuntansi 5.0. Menurut World Economic Forum bahwa revolusi Industri ditandai dengan kemunculan superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, cloud computing, sistem big data, rekayasa genetika dan perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak.
Tahapan revolusi industri dimulai Tahun 1800 dengan penemuan mesin uap, mendorong munculnya kapal uap, kereta api uap, mesin pabrik bertenaga uap, dll. Kedua, tahun 1900 dengan penemuan listrik dan
assembly line yang meningkatkan produksi barang.
Ketiga, inovasi teknologi informasi, komersialisasi, personal computer, dll pada tahun 2000 serta keempat yaitu revolusi Industri ke-4.0 kegiatan manufaktur terintegrasi melalui teknologi wireless dan big data secara massif yang kita rasakan sekarang.
Karakteristik utama revolusi industri 4.0 kehadiran disruptive technology begitu cepat dan pesat sehingga memberi ancaman bagi industri-industri raksasa. Dan perubahan ukuran perusahaan yaitu tidak perlu besar, namun perusahaan tersebut haruslah ‘lincah’ dalam memanfaatkan teknologi dan informasi.
Fokus utama revolusi industry 4.0 adalah mempersingkat waktu ke pasar; meningkatkan fleksibilitas dan; meningkatkan inefisiensi. Sehingga terbentuklah wajah ekonomi seperti marketplace; smart appliances; sharing economy; e-education.
Revolusi industri 4.0 di Indonesia misalnya toko konvensional mulai tergantikan dengan marketplace taksi dan ojek tradisional mulai digantikan moda transportasi online.
Variabel kedua dalam tranformasi akuntansi 5.0 adalah konteks sosiologi masyarakat atau yang dikenal society 5.0. Menurut Sinzo Abe dalam pidatonya di World Economic Forum Davos, Januari 2019 bahwa society 5.0 merupakan masyarakat yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dan teknologi dengan menyelesaikan masalah melalui sistem yang mengintegrasikan dunia maya dan ruang fisik.
Karakteristik society 5.0 adalah
technology based yaitu penggunaan teknologi canggih, robot, drown, computer, artificial intelligent dan big data. Kedua, human centered bahwa kegiatan manusia dijalankan memanfaatkan kecanggihan teknologi.
Dari penjelasan dua variabel di atas, kemudian muncul pertanyaan kritis sebagai pemantik dalam transformasi akuntansi 5.0. Bagaimana pendanaan atas Bisnis? Bagaimana sumber daya yang dibutuhkan dalam Bisnis? Bagaimana pembuatan dan pengembangan perusahaan baru? Dan bagaimana cara menjual produk dan jasa?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, perlu mengurai hubungan indutri 4.0 dan society 5.0. Penggunaan
robotics and data analytics (big data) mengambil alih pekerjaan dasar yang dilakukan oleh akuntan (mencatat transaksi, mengolah transaksi, memilah transaksi). Penggunaan ini meningkatkan efisiensi dan efektifitas pekerjaan.
Banyak perusahaan besar telah mengembangkan teknologi ini, karena didukung oleh standardisasi atas proses pengelolaan keuangan, standarisasi atas arsitektur sistem dan informasi (
standardization of financial processes, system, and information architecture).
Profesi akuntan
underestimate terkait dampak teknologi terhadap pekerjaan akuntan. Kompetensi yang penting bagi profesi akuntan harus punya data analysis, information technology development, dan
leadership skills, harus dapat dikembangkan.
Industri 4.0 dan society 5.0 dalam transformasi akuntansi 5.0 yaitu digitalisasi dan integrasi rantai nilai vertikal dan horizontal; digitalisasi penawaran produk dan layanan; model bisnis digital dan akses pelanggan.
Terdapat empat tren transformasi akuntansi 5.0 yaitu artificial intelligence; blockchain;
cyber risk dan; big data. Pertama, artificial intelligence yaitu kodifikasi entri akun, analisis kontrak dan identifikasi transaksi. Kedua, blockchain yaitu merubah penilaian ekonomi dari asset dan rekonsiliasi pembukuan tidak diperlukan lagi.
Ketiga, cyber risk adalah kontrol yang baru pada detection, response, dan dan pendekatan eksternal yang dinamis. Sedangkan yang kelima, big data adalah menyediakan sumber baru data non-finansial, membantu keputusan khusus dan menyediakan penilaian dan hard evidence.
Transformasi tersebut di atas akan menghasilkan wajah akuntansi 5.0 yaitu data akuntansi berbasis cloud; akuntansi mendapat pengaruh kekuatan penggunaan big data; akuntansi akan mengintegrasikan informasi keuangan tradisional dalam sistem modern; pekerjaan akuntansi bersifat efisien dan mobile; dan, peran akuntansi berubah secara radikal.
Tranformasi akuntansi 5.0 akan mengubah peran seorang akuntan menjadi penyedia insight atas data; menjadi penasihat; bermitra dengan teknologi; dan sustainability.
Penyedia insight atas data: seorang akuntan 5.0 mengidentifikasikan pertanyaan atas data; melakukan analisis statistical; mengecek kualitas data; dan menginterpretasi hasil olah data.
Penasihat: seorang akuntan 5.0 bertugas mengevaluasi data; bekerja dengan robot atau mesin sejenisnya; dan melatih model kecerdasan buata (artificial intelligence).
Bermitra dengan teknologi: seorang akuntan 5.0 berperan sebagai penasihat bisnis umum; penasihat spesialis dengan mengambil peran sebagai partner Bisnis.
Dan yang terakhir adalah sustainability: seorang akuntan 5.0 berpikir keberlanjutan korporasi dan Bisnis serta cyber security sebagai tantangan utama akuntansi 5.0.
*
Penulis adalah Ketua Program Studi Akuntansi Unusia
BERITA TERKAIT: