Boff adalah seorang teolog Brasil, filsuf dan penulis, yang dikenal karena dukungan aktifnya bagi teologi-teologi pembebasan.
Dia saat ini menjabat sebagai Profesor Emeritus Etika, Filsafat Agama, dan Ekologi di Universitas Negeri Rio de Janeiro.
Pada 2001, ia menerima penghargaan "the Right Livelihood Award" berkat "wawasannya yang menginspirasi dan pekerjaan praktisnya dalam membantu orang-orang mewujudkan hubungan antara kerohanian manusia, keadilan sosial, dan pengelolaan lingkungan hidup."
Buku "Cry of the Earth, Cry of the Poor" karya Leonardo Boff muncul dalam bahasa Inggris pada 1997. Buku ini mendefinisikan apa yang sekarang menjadi pilar utama ekologi gereja katolik dan etika lingkungan - keadilan bagi kaum miskin dan keadilan bagi Bumi.
Peziarahan teologi Leonardo Boff ini mengikuti konferensi Stockholm PBB pertama tentang lingkungan (1972), dan KTT Bumi Rio (1992), yang pertama kali dikonsepkan sebagai "pembangunan berkelanjutan."
Kemudian juga Boff mendalami kumpulan Ajaran Sosial Gereja Katolik tentang etika ekologi yang muncul dari konferensi para uskup Katolik dan pidato Hari Dunia Perdamaian tahun 1990 Paus Yohanes Paulus II.
Jeritan Bunda Bumi, Jeritan Kaum MiskinKarya Leonardo Boff memperluas pandangan teologi-teologi pembebasan dalam memasukkan masalah lingkungan alam, dan menutup celah antara teologi pembebasan dan lingkungan hidup.
Hal ini menegaskan kembali tentang "locus" manusia dalam penciptaan serta kewajiban moral manusia dalam tugas perutusan hidupnya.
Boff menekankan sumber-sumber dasar alkitabiah dan doktrinal untuk perspektif Kristiani tentang masalah ekologis, dan hubungan dengan struktur sosial, politik, ekonomi serta gerejawi.
Dengan sengaja Boff menarik jauh dari pandangan klasik Fransiskan (Inkarnasi, Tritunggal, kemiskinan, Roh Kudus), guna membangun sintesis ekoteologis revolusionernya!
Akan tetapi tak bisa diingkari, secara signifikan, karya Boff juga menunjukkan tanda seorang imam bagi kaum miskin.
Boff berkeyakinan teologi pembebasan dan wacana ekologis memiliki sesuatu yang sama: mereka mulai dari dua luka berdarah.
Luka kemiskinan yang menghancurkan tatanan sosial jutaan dan jutaan orang miskin di seluruh dunia dan luka serangan sistematis di bumi yang menghancurkan keseimbangan planet ini, yang senantiasa berada di bawah ancaman penjarahan pembangunan sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat global kontemporer dewasa ini.
Kedua garis refleksi dan praxis ini memiliki titik awal seruan: seruan orang miskin untuk hidup, penuh kebebasan, dan keharmonisan serta seruan bumi yang merintih di bawah penindasan.
Logika yang sama mendorong populasi dominan penindasan terhadap kaum yang terpinggirkan dan menjarah bumi manusia.
Interkoneksi yang demikian kuat mengikat aspek ekologis, manusia, sosial, dan spiritual kehidupan.
Boff berargumen bahwa kejahatan ini memiliki akar yang dalam pada rasa kesakitan spiritual yang menjadi ciri sosialisme dan kapitalisme.
Mendengar TangisanBoff lahir di Concordia, Santa Catarina, Brasil, pada tahun 1938. Ayahnya adalah seorang guru sekolah yang diidentifikasi dengan orang kulit hitam miskin di Concordia.
Leonardo ditahbiskan sebagai Imam Fransiskan pada tahun 1964. Ia belajar teologi di Universitas Munich. Boff adalah asisten peneliti Karl Rahner, dan Joseph Ratzinger yang mengarahkan disertasinya.
Selama 22 tahun, Boff adalah seorang profesor di Franciscan Institute di Petrópolis di Brazil, menjadi seorang liberasionis yang terkenal secara internasional.
Setelah kecaman menyakitkan oleh Roma, Boff mengundurkan diri dari imamat dan ordo Fransiskan pada tahun 1992, tetapi ia tidak meninggalkan teologi dan spiritualitas Fransiskan.
Seperti tokoh-tokoh transformatif lainnya, ia melihat koneksi-koneksi lain terlewatkan. Dia mengartikulasikan hubungan teologis dan etis radikal antara ekologi, kemiskinan, kerohanian, dan kekerasan sistemik terhadap semua ciptaan - termasuk manusia - dalam hal yang konsisten dengan kenyataan modern.
Para pengkritiknya gagal membedakan istilah-istilah dasar (panteisme/ panentheisme; analisis Marxis/ komunisme Stalinis; Tritunggal Bonaventure/ Tritunggal Aquinas).
Analisis Dan MetodeDua pengalaman yang mengubah hidup, telah mendorong Boff untuk lebih menghayati dan mendalami keadilan lingkungan dan keadilan sosial dalam teologi pembebasan.
Pertama, sebagai Imam di daerah kumuh Petrópolis, dekat Rio de Janeiro, ia berjumpa dengan orang-orang yang terpaksa mengais makanan di tempat pembuangan sampah, tetapi yang mendapatkan harapan dan harga diri dari komunitas basis Kristen mereka.
Di hutan Amazon yang subur di Keuskupan Acre-Purus, Boff menyaksikan pemerkosaan hutan hujan Amazon oleh pengembang yang mengancam kelangsungan hidup manusia. Di sana, iman dan kehidupan, Allah dan penderitaan, semuanya menjadi satu.
Boff menegaskan bahwa kaum miskin harus menjadi "titik pijak dari mana seseorang berusaha untuk memahami Allah, Kristus, rahmat, sejarah, misi gereja, makna ekonomi, politik, dan masa depan masyarakat manusia. "
Kepedulian terhadap kaum miskin menimbulkan kekhawatiran bagi seluruh ciptaan, justru karena orang miskin adalah pihak yang paling dirugikan oleh penyalahgunaan kapitalisme dan sosialisme terhadap Bumi.
Tangisan Bumi, Tangisan Kaum Miskin dimulai dengan analisis mendalam tentang penyakit ekologi tanpa manusia di Bumi.
Dipengaruhi oleh Jan Smuts, Boff kemudian mengartikulasikan model ekologi holistik. Menggunakan "fisika baru"; biologi evolusi; ilmu lingkungan; dan pandangan Augustinian, Bonaventuran, Pascalian serta tradisi eksistensialis, Boff menyerukan penggabungan masalah ekologis dan teologis.
Boff menemukan surat wasiat untuk melindungi orang miskin dan bunda bumi dalam panentheisme Kristiani ("segala sesuatu dalam Tuhan, Tuhan dalam segala hal"), sakramentalitas ciptaan, dan doktrin Roh Kudus ("Gairah absolut Tuhan, cinta absolut").
Ini semua mendukung kosmologi berbasis ekologi, yang berakar pada proses evolusi, dan definisi dosa sebagai “memutus relasi antara manusia dan Tuhan.â€
Belajar dari Brian Swimme, Thomas Berry, Meister Eckhart dan Teilhard de Chardin, Boff menemukan Tuhan dalam "proses kosmogenik alam semesta."
Lebih jauh, visi pembebasan masyarakat yang adil dimodelkan setelah relasi pribadi dalam Trinitas, mengikuti tradisi Kapadokia dan Victorine.
Pemenuhan visi ini membutuhkan pertobatan rohani. Boff menawarkan "keutamaan ekologis utama" yang hidup, sebagaimana dicontohkan oleh Santo Fransiskus dari Assisi, sebagai arah jalan ke depan.
Doa adalah jalan masuk Santo Fransiskus pada pemahaman dirinya sebagai syair mistik yang bersifat ontologis, yang mampu memahami sakramentalitas dari berbagai perkara. Boff menikmati pesona erotis religius, keajaiban, daya tarik, dan keinginan untuk dan dengan semua hal di alam semesta (cinta).
Radikalitas Santo Fransiskus dalam berhubungan dengan Allah, mendorong Boff untuk mengarahkan sesama manusia untuk memelihara kekerabatan mereka dalam semua ciptaan sebagaimana Tuhan peduli pada mereka (ketaatan).
Santo Fransiskus mengalami martabatnya sendiri terikat dengan semua ciptaan sejauh semuanya berasal dari Satu Pencipta (kerendahan hati). Dari sikap ini, Santo Fransiskus menemukan semua hubungan sebagai satu tersedia untuk kebutuhan orang lain (kemiskinan).
Melalui penebusan dosa, kemiskinan dan doa, Santo Fransiskus hidup dengan damai penuh bersemangat, berlandaskan pada relasinya dengan Tuhan dan semua ciptaan - terutama yang miskin.
Sandyawan Sumardi