Belakangan "Penumpang Gelap" back up
Separatis Papua's campaign. Mempermasalahkan Bendera Morning Star di depan Istana Merdeka. Mereka ikut-ikutan terlibat merongrong kedaulatan. Intermingled antara "Makar" dan "Separatisme".
Free West Papua ingin memisahkan diri. Bukan kudeta merebut pemerintahan pusat. Karena itu, respons Rezim Jokowi pun beda.
Pasca-World War II, sebuah era baru dimulai. Proses "decolonization" terjadi. Negara-negara baru berdiri. Dasarnya adalah teritorial peninggalan
colonizers.
Arrangement ini disepakati. Malaysia tidak masuk wilayah NKRI karena koloni Inggris. Papua New Guinea masuk
Class C League of Nations mandate karena koloni Jerman. Filipina jadi negara sendiri karena koloni Amerika.
Sebelum ekspansi Inggris, tidak ada Kerajaan Lokal menguasai daerah di Timur Laut India. Wilayah itu dikuasai Inggris. Setelah
decolonization, masuk teritori India.
Teritori Republik Tiongkok (before PRC) ditentukan sebagai Penerus Dinasti Qing dengan peta seluas 13.100.000 km persegi. Penetrasi USSR membuat Outer Mongolia dan Korea lepas. Namun usaha separatis Tibet dan Uighur ditumpas. Jadinya Peta Tiongkok sekarang hanya seluas 9,6 juta km persegi.
Teritori Indonesia sudah
fix saat Jerman, Italia, Jepang, dan Hungaria tanda tangani
treaty "spheres of influence" pada 27 September 1940.
The Dutch East Indies fell into Japan's sphere.Dutch–Indonesian Round Table Conference menyepakati klausul "
The Kingdom of the Netherlands unconditionally and irrevocably transfers complete sovereignty over Indonesia to the Republic of the United States of Indonesia, and thus recognises the Republic of the United States of Indonesia as an independent and sovereign Nation."
"
Complete sovereignty" artinya dari Sabang sampai Merauke. Jangan ditafsir macam-macam.
Timor Leste adalah Koloni Portugis. Bulan November 1975, Pemerintah Indonesia memutuskan menganeksasi Timor Timur untuk mencegah ekspansi komunis di
Indonesia's back yard.Karena bukan Koloni Belanda, Fretelin Xanana Gusmao punya alibi merdeka. Tidak demikian ceritanya di masalah Papua.
"Self-determination" tidak bisa dijadikan pijakan Free West Papua Movement. "Self-determination" adalah konsep yang dimainkan Woodrow Wilson dan Vladimir Lenin sebagai alat legitimasi rebutan
spheres of influence antara kapitalis dan
communist empires.
Indonesia bisa menggunakan alasan "Threat of Anarchy" dan "Self Defense" menumpas gerakan Separatis Papua.
Provokator rasis Tri Susanti sudah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka. Dana Otonomi Khusus besar sekali. Salah satunya buat biaya sekolah pemuda-pemudi Papua. Sayangnya di antara mereka ada yang terlibat Gerakan Anti-Indonesia.
Para Penumpang Gelap yang tempo hari menyelinap di Tubuh Relawan 02 sekarang gencar bully Pemerintah Indonesia dan Presiden Jokowi.
Dalam rangka mendelegitimasi Jokowi, mereka jadi Pro-Separatis Papua. Jelas-jelas makar. Hati-hati. Para Patriot Indonesia yang bapak-bapaknya gugur di Papua mencatat.
There is a time when The Patriots would come to handle you free-rider bastards.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: