Doni diam-diam pernah dikecewakan oleh mobil bekas. Cerita menggelikan itu diungkap kembali oleh sahabatnya, Egy Massadiah.
Tahun 1998, di pengujung Doni baru saja melepas jabatan sebagai Danyon Kopassus 11 Serang. Ia persiapan mengikuti Sesko AD di Bandung. Berpangkat mayor, Doni merasa perlu sebuah mobil untuk transportasi selama berada di Bandung.
Egy mengisahkan, Doni kala itu memiliki uang sekitar 40 juta. Masih di bulan yang sama, Doni bersama Egy berkeliling Jakarta untuk mencari mobil seharga tersebut.
Dua tiga hari berkeliling, dari showroom ke showroom, mereka temukan bahwa rupanya harga mobil bekas mahal semua. Rata-rata di atas 40 juta rupiah.
Akan tetapi, “Sore-sore, menjelang magrib, kami tiba di sebuah showroom di bilangan Menteng, Jalan Cik di Tiro. Setelah melihat-lihat, kami beli sebuah mobil yang ternyata harganya di bawah 40 juta. Bayar…†kisah Egy.
Jenis mobil yang dibeli sedan Corolla warna merah maroon. "Mobil kami bawa, dan ternyata setelah diteliti, esoknya ketahuan kalau ini mobil ternyata bekas tabrakan parah. Bekas bekas cat nya sangat menonjol. Bang Doni pun tidak puas. Apalagi karena memang waktu itu uangnya pas-pasan. Saya lalu kembali ke showroom, dan untungnya mereka menerima alasan kami karena kondisi mobilnya bekas tabrakan. Uang pun kembali utuh," kenang Egy Massadiah sambil tertawa.
“Apa boleh buat,†menurut Egy, sang sahabat. “Itulah kalau duit pas-pasan. He-heâ€
Itulah sepetik cerita masa lalu tentang Doni Munardo. Kini ia berpangkat Letnan Jenderal dan menahkodai salah satu lembaga negara paling dicari dan dibutuhkan saat ini.
Egy berjumpa ‘Mayor’ Doni untuk pertama kali 1997 ketika masih menjabat Danyon di Kopassus Serang Banten. Bagi Egy, pria lulusan Akabri 1985 tersebut adalah perajurit komando berbaret merahnya yang pengalaman tempurnya terbilang tebal dan menonjol baik di dalam maupun di luar urusan militer.
Doni pernah merasakan desingan peluru di Timor Timor, bernegoisasi dengan GAM di Aceh hingga mendapat kepercayaan menjadi wakil Komando Satuan Tugas Khusus untuk pembebasan kapal MV Sinar Kudus yang dibajak oleh perompak di perairan Somalia pada Maret hingga Mei 2011.
Singkat cerita, lulus sesko AD, Letkol Doni kemudian dipercaya menjadi Komandan Batalyon di Singaraja. Waktu terus berjalan, strategi dan karya ditelurkan. Doni Kemudian menjabat Dan Grup A Paspampres, Danrem Surya Kencana Bogor dan Wadanjen Kopassus, Pangdam Pattimura, kemudian Pangdam III Siliwangi Jawa Barat, dan paling mutakhir Sesjen Wantannas.
Di luar perihal kemiliteran, Doni adalah seorang yang peduli urusan sosial dan lingkungan. Ia menghutankan Kesatriaan Kopassus Serang, merenovasi sebuah masjid di Kuta Bali, menata sungai Ciliwung , dan terakhir ia menyulap Lahan Makoyonif 731/Kabaresi Ambon menjadi kebun raya. Banyak pohon langka ditanam. Juga buah-buahan, seperti jeruk, durian, lemon, dan lain lain.
Di Ambon, "Kami melestarikan tumbuhan langka, ada masoya, lingua, palaka, pahara, gaharu, ebony, demikian juga buah-buahan khas, seperti sukun, durian, pala, cengkih, kenari, ada banyak sekali," kata Doni sebagaimana pernah dilansir Detikcom.
Itulah secuplik kisah Letjen Doni.
“Jika mengingat-ingatnya, mungkin dia akan senyum-senyum dan tertawa geli dalam hati khususnya tentang mobil bekas-nya," ujar Egy mantan wartawan yang kini banyak aktif di bidang teater dan seni peran.
Beberapa hari lalu segera Egy sampaikan selamat bertugas pada Doni. Bagi Egy, tak ada yang berubah. Doni tetaplah manusia biasa yang bersahaja, sederhana dan menghargai lawan bicaranya. Selamat jenderal. "Tentara harus berbuat, berkarya," Komando!
[***]
Muhammad Jazuli [email protected]