Rakyat mulai bingung menimbang-nimbang sosok manakah yang pantas dan layak untuk memimpin bangsa ini untuk ranah waktu setengah dasawarsa ke depan. Dari penggiringan opini publik dari hasil survey yang terus mengenalkan beberapa sosok untuk bisa kita nilai dan pada akhirnya lahirnya dua sosok dengan pasangannya yang sudah terdaftar di KPU.
Setelah dua nama tersebut diresmikan akhirnya timbul lah pertanyaan manakah yang mempunyai kans terbesar untuk menang. Berhubung dengan gencarnya industri media mem-blow up dua nama tersebut untuk menggiring penilaian masyarakat, akhirnya obrolan-obrolan politik menjadi menu keseharian utama diantara masyarakat.
Dewasa ini, bagi masyarakat yang masih peduli terhadap nasib bangsanya mulai bertanya apa dari dua sosok tersebut, ada sosok yang tepat dan terbaik untuk memimpin bangsa ini. Terbukti dari perjalanan sejarah bangsa ini berdiri, wajah bobrok masih terlihat di sana sini mengelilingi negeri.
Pengentasan kemiskinan masih sebatas wacana dan belum menghasilkan sebuah realitas yang berakhir kesetaraan. Begitu pula dengan angka jumlah buta huruf masih sangat tinggi dan entah kapan akan menurun lalu teratasi. Tak lain dan tak bukan disebabkan oleh mahalnya biaya pendidikan yang hanya bisa disentuh kalangan menengah ke atas membuat kalangan menengah ke bawah terpuruk tak dapat mengjangkau itu secara ekonomi.
Belum lagi ditambah masalah klasik yaitu penyakit korupsi yang terus menggorogoti setiap individu bangsa ini, terus bergulirnya konflik SARA dan aksi nyata intoleransi dan premanisme yang terus menciptakan kisah baru dari waktu ke waktu. Teror massal dari hal demikian terus menerus dan tak ada hentinya menghantui segenap bangsa ini dan dampaknya sangat buruk terhadap ingatan kolektif publik.
Dari rentetan perjalanan suram negeri ini, maka kita butuh seorang pemimpin besar dan bukan hanya sebagai presiden baru. Tanggal 9 juli 2014 nanti haruslah terlahir sosok pemimpin besar yang mumpuni dan bermutu. Jangan hanya unggul dalam pencitraan diri tapi nihil dalam menggagas sebuah konsep perbaikan, hanya ramah tapi ternyata lemah dalam memegang amanah.
Pemimpin besar yang dimaksud adalah sosok pemimpin yang bertugas menjadi presiden yang mampu berdiri layaknya sebuah pemipin dengan segala karakter tegas, kuat dan berwibawa, untuk dapat mengembalikan kedaulatan bangsa ini ke taraf terbaik di mata dunia dan sekaligus dengan sifat ketegasannya dapat memberangus korupsi secara menyeluruh.
Karakter Pemimin besar lah yang bisa mencairkan kedekatan antara pemimpin dan rakyatnya. Bukan hanya slogan peduli wong cilik , yang disampaikan berapi-api ketika kampanye, tetapi menghilang seiring tampuk kekuasaan berada di tangan.
Pemimpin yang siap melayani masyarakat dan bukan hanya rela menjadi pelayan kepentingan pemilik modal baik lokal maupun asing ataupun pelayan atasan partainya. Oleh karena itu, kemandirian seorang pemimpin penting dalam mewujudkan berdikarinya Indonesia kedepan.
Tapi agar Indonesia punya seorang pemimpin besar, tentu saja kita mesti berbuat sesuatu, tak bisa hanya diam menunggu. Salah satu caranya adalah dengan cerdas memilah dan memilih sosok yang akan maju sebagai calon presiden berdasarkan kesiapan perangkat dia untuk memimpin semisal kesiapannya terhadap program dan visi misi yang menjadi rancangan awal kala dia terpilih untuk memimpin.
[***]
Â
Piccesius Yunki Pradana
Perum Mandosi permai Jatiasih Bekasi