Lonjakan tersebut tidak lepas dari pemberitaan tentang penelitian Gunung Padang dan berbagai polemiknya, yang tersiar luas melalui media massa. Wisatawan Gunung Padang sebagian besar merupakan pengunjung baru yang mengaku penasaran terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh Tim Riset Bencana Katastropik Purba yang terdiri para ahli lintas disiplin ilmu, bentukan Staf Khusus Presiden Bidang Sosial dan Bencana. Dimana di dalam situs itu terdapat sebuah bangunan kuno buatan manusia yang dibangun pada masa sebelum masehi. Temuan ini sangat istimewa dan diharapkan dapat menguak khazanah kekayaan budaya nusantara pada masa lampau.
Bagi masyarakat Cianjur fenomena ini tentunya sebuah berkah, baik dilihat dalam dimensi sosial maupun ekonomi. Apabila dikelola dalam managemen perencanaan yang baik, tentu menjadi sebuah potensi sumber pendapatan baru daerah bahkan nasional. Disinilah diperlukan sinergitas lintas sektor, baik pemerintah pusat maupun daerah, guna mengoptimalkan harapan-harapan tersebut.
Sebagai wakil rakyat dari daerah pemilihan Cianjur, saya telah mengumpulkan cukup informasi dan berdiskusi dengan berbagai pihak tentang perkembangan situs Gunung Padang ini, termasuk telah menugaskan tim saya yang tergabung dalam yayasan Bumi Sawargi Cianjur untuk berperan atif melibatkan diri dalam proses ini.
Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut atas perkembangan seperti yang telah digambarkan di atas, saya merasa penting untuk menyampaikan beberapa hal berikut ini, yaitu:
1. Pusat Arkeologi Nasional perlu secepatnya melakukan eskavasi, dengan membuka seluas-luasnya keterlibatan pihak terkait, khususnya arkeolog dari berbagai kampus dalam negeri. Pusat Arkeologi Nasional adalah lembaga resmi negara, tempat berkumpulnya ilmuwan dan para ahli dalam penelitian situs dan bangunan megalitik.
Hal itu diperlukan untuk memperoleh informasi yang lebih jelas dan menyeluruh, terutama mengenai relasi serta aspek-aspek bentuk temuan, antartemuan, hubungan komposisi dan usia relatif lapisan tanah (stratigrafis), kronologis, konteks, fungsi, struktur, dan gejala-gejala lain yang mendukung. Maka diperlukan eskavasi, yaitu sebuah tenik inventarisasi data dengan metode yang telah ditentukan melalui penelitian struktur tanah yang dilakukan secara sistematis guna memperoleh data-data arkeologis dalam keadaan insitu (in-site).
2. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, perlu serius dalam menindaklanjuti temuan awal dalam penelitian tersebut. Sebagaimana diketahui, temuan adanya sebuah bangunan berbentuk punden berundak di bawah situs megalitikum Gunung Padang tersebut, sebenarnya bermula untuk meneliti data kebencanaan di masa silam, yang berskala besar dan masif (katastropik).
Dalam perjalanannya, penelitian itu menemukan sejumlah anomali terhadap morfologi sejumlah gunung yang ditelitinya, yang terkubur karena diduga kuat karena bencana. Pada tahap proses inilah diperlukan lokus yang lebih luas dipimpin oleh Kemendikbud dengan membentuk Tim Terpadu, untuk menguji kebenaran dan akurasi ilmiahnya.
3. Secara khusus Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Kementerian Pekerjaan Umum dengan bersinergi dengan Pemerintah Daerah, perlu memperbaiki sarana dan prasarana (infrastruktur), mengingat sudah banyaknya pengunjung di Gunung Padang, dalam skala industri pariwisata.
4. Seluruh pihak, diantaranya tokoh masyarakat, tokoh budaya, dan LSM baik yang ada di Cianjur maupun Jabar, dapat bersama-sama melibatkan diri sesuai dengan proporsinya dalam proses lanjutan ini. Keterlibatan dan partisipasi masyarakat tentunya sangat diperlukan, untuk memastikan tranparansi atas proses yang akan berjalan. Dalam konteks ini, saya telah mendorong Bumi Sawargi, sebuah yayasan sosial kemasyarakatan yang saya bina, untuk mengambil peran aktif memfasilitasi keterlibatan dan partisipasi masyarakat, khususnya Cianjur.
Sebagai penutup, kembali saya tegaskan perlunya mempercepat proses eskavasi tentunya mencakup aspek yang sangat penting. Yaitu, bukan hanya soal ditemukannya peradaban maju yang memberi kontribusi besar pada kekayaan khazanah budaya nusantara, akan tapi juga untuk mengetahui oleh sebab apa budaya besar itu dapat terkubur.
Apabila dalam hipotesis disebut penyebabnya adalah bencana, lalu bencana apa yang membuat peradaban itu terbukur. Melalui temuan penting ini, kita dapat memperoleh data-data kesejarahan yang mumpuni sebagai dasar penyusunan sistem mitigasi bencana. [***]
Erik Satrya Wardhana
Anggota DPR RI Fraksi Partai Hanura
Daerah Pemilihan Kab. Cianjur dan Kota Bogor
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: