Menurut Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia sebagai negara dengan mayoritas Muslim adalah untuk mengembangkan semangat toleransi.
"Sri Paus datang ke Indonesia yang mayoritas Muslim untuk mengembangkan toleransi," kata sosok yang akrab disapa HNW itu melalui akun X miliknya, Rabu (4/9).
HNW menekankan bahwa mengganti azan dengan running text tidak sesuai dengan semangat toleransi yang dibawa oleh Paus Fransiskus.
"Maka, Kemenag dan pihak terkait lainnya juga perlu menunjukkan sikap toleran dengan mempertahankan tradisi kumandang azan Maghrib di televisi yang hanya berlangsung beberapa menit," ujarnya.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu melanjutkan, tak perlu menggantinya dengan running text demi misa Paus dari jam 17.00-19.00 WIB. Justru mempertahankan kumandang azan Maghrib lebih mencerminkan sikap toleran yang diinginkan oleh Sri Paus.
"Itu lebih sesuai dengan Beliau yang toleran," tandas HNW.
Ia berharap bahwa dalam momen bersejarah ini, Indonesia bisa menunjukkan bahwa toleransi bisa berjalan dengan saling menghormati tradisi dan keyakinan masing-masing tanpa perlu mengorbankan identitas keagamaan yang sudah lama terjaga.
Rencana misa yang akan disiarkan langsung di berbagai stasiun televisi pada Kamis sore diharapkan menjadi simbol persaudaraan dan kerukunan umat beragama.
Namun, polemik terkait azan Maghrib ini mengingatkan bahwa semangat toleransi harus diimplementasikan dengan bijak, tanpa mengesampingkan tradisi dan keyakinan yang ada di masyarakat.
BERITA TERKAIT: