Anggota KPU Papua Pegunungan Theodorus Kossay mengungkapkan, pelaksanaan rekapitulasi suara berjenjang harus berpindah-pindah, mengingat terdapat aksi protes dari masyarakat terhadap hasil penghitungan perolehan suara.
"Pada saat rekapitulasi di tingkat kabupaten Tolikara, terjadi di Aula Kantor Distrik Bokondiri, lalu ada masyarakat yang keberatan kemudian situasi tidak aman," ujar Theodorus dalam Rapat Pleno Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Tingkat Nasional, di Kantor KPU RI, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (20/3).
"Kemudian antara Bawaslu, pihak keamanan, dan KPU bersepakat untuk pindah melakukan rekapitulasi di Jayawijaya, Kabupaten Ibu Kota Provinsi Papua Pegunungan," sambungnya memaparkan.
Setelah proses rekapitulasi suara dipindahkan ke Hotel Grand Santika, Theodorus menyebutkan massa yang memprotes hasil penghitungan suara di tingkat kecamatan juga kembali berdatangan.
"Dan beberapa hari sudah dilakukan rekap, kemudian juga merasa tidak nyaman karena masyarakat juga banyak di hotel itu, lalu hotelnya juga tidak mengizinkan KPU melakukan rekap di tempat itu juga," urainya.
Alhasil, lanjut Theodorus menceritakan, proses rekapitulasi suara kembali dipindahkan ke lokasi lain, yaitu di Gedung Tongkonan yang kali ini dijaga ketat oleh pihak keamanan.
"Koordinasi dengan pihak keamanan, kemudian Kapolresnya mengeluarkan surat bahwa masyarakat banyak menggunakan tombak, anak panah, kemudian juga parang, samurai, juga banyak alat tajam di seluruh lembah Kota Wamena," katanya.
Akibatnya, Theodorus mendapati KPU Tolikara kembali pindah tempat rekapitulasi ke Jayapura, bahkan sampai penetapan di KPU Provinsi Papua Pegunungan.
"Kemarin, sampai tadi malam jam setengah 8 kami selesai juga di Jayapura. Itu sedikit kronologis 5 tempat mereka pindah untuk melakukan rekap," demikian Theodorus menambahkan.
BERITA TERKAIT: