Begitu kata ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda dalam podcast "Republik Ayam Jago" yang dipandu Arief Poyuono, di Kopi Timur Cafe, Jalan Pondok Kopi, Jakarta Timur, Selasa (11/7).
“Dengan Indonesia yang seperti saat ini, ekonomi global yang enggak menentu, kita menghadapi beberapa PR,” ujarnya, saat memberi pemaparan dalam podcast yang digagas
Kantor Berita Politik RMOL bertajuk 'Tantangan 2024 dan Grand Design Capres' itu
Dia menjelaskan, Indonesia mematok Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) yang fantastis dari segi ekonomi. Salah satunya, mengharuskan ekonomi Indonesia tumbuh rata-rata di angka 6 hingga 7 persen, untuk menuju Indonesia Emas.
“Itu sangat berat sekali,” tegas Nailul Huda.
Dia mengatakan, sektor riil yang menyumbang cukup tinggi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai merosot, yaitu deindustrialisasi yang semakin hari hilang pengembangan industri dalam negeri.
Jika tahun 2018 hingga 2019 industri itu masih tumbuh sekitar 19 sampai 20 persen, maka sekarang menurun ke angka 18 persen. Artinya, industri semakin turun dan akan berakibat pada penyerapan tenaga kerja, juga ke penerimaan pajak.
“Kalau kita
breakdown pajak di industri manufaktur, salah satu penyumbang yang cukup tinggi juga. Dengan melemahnya industri, maka potensi penerimaan pajak kita menjadi turun juga,” demikian Huda menambahkan.
BERITA TERKAIT: