Atas alasan itu, pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA meminta masyarakat bersiap untuk menghadapi tahun politik, di mana akan ada banyak penyebaran berita palsu atau hoax.
“Inilah politik yang diwarnai oleh politik digital. Transformasi digital juga secara intensif mengubah wajah politik praktis,†ujarnya saat acara Indonesia Digital Transformation Forum (IDTF) yang digelar oleh iCommunity di Ibis Harmony, Jakarta Pusat, Sabtu (25/2). IDTF merupakan forum diskusi dan kolaborasi antara pelaku bisnis dan profesional dalam menghadapi transformasi digital 5.0.
Lebih lanjut, Denny JA mengingatkan bahwa kampanye melalui media sosial berbeda dengan media konvensional. Di media sosial, tim kampanye bisa langsung mempengaruhi jutaan pemilih. Sementara media konvensional, seperti TV atau koran terdapat filter dari editor.
Di media sosial, tim kampanye bahkan bisa melakukan
micro targeting. Mereka bisa memilih komunitas untuk isu tertentu saja, seperti terorisme, imigran, dan sebagainya.
“Di media sosial, mereka pun bisa menggunakan akun palsu. Begitu mudahnya memiliki akun di media sosial,†sambungnya.
Namun begitu, politik digital tidak melulu menakutkan. Tapi bisa juga memberikan berkah yang tidak pernah terjadi. Sebab, politisi kini bisa tampil live di akun medsos dan berkomunikasi secara online dengan konstituennya.
Denny menjelaskan, pertemuan dan berdialog langsung antara pemimpin dengan warga sangat penting untuk membangun ikatan emosional. Live di instagram, misalnya, memberikan fasilitas tersebut.
“Pemimpin seolah jumpa langsung tatap mata, tanya jawab, serentak di seluruh negeri,†demikian Denny JA.
BERITA TERKAIT: