Pada simulasi itu, Ketua Umum Partai Golkar disimulasikan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan catatan elektabilitas 26,9 persen. Sementara, ketika Airlangga dipasangkan dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya mendapat elektabilitas 3,8 persen.
"Itu kan belum mencerminkan realitas objektif yang kita hadapi di saat ini," ujar Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily saat dihubungi, Selasa (28/12).
Dikatakan Ace, soal pasangan calon tidak bisa dilandaskan pada figur-figur saja. Tetapi, juga soal partai politik yang harus membentuk koalisi untuk dapat mengusung pasangan calon nantinya.
"Konfigurasi tentang pasangan capres itu kan juga harus berlandaskan kepada realitas objektif partai politik pendukung, nah saat ini kita kan masih belum membahas soal koalisi-koalisi itu," terangnya.
Ace menegaskan, pada saat ini posisi Partai Golkar hanya melaksanakan keputusan Musyawarah Nasional (Munas) yang memerintahkan mempersiapkan Airlangga Hartarto sebagai calon presiden tanpa terpengaruh dari eksternal termasuk hasil survei.
"Kita sangat tidak terpengaruh dengan landscape yang dibuat oleh lembaga-lembaga survei tersebut," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: