Dalam beberapa bulan ini, persaingan antara Kiai Said dan Gus Yahya memang sangat keras. Bahkan saat pemerintah akan menerapakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 selama Nataru, keduanya berbeda sikap soal waktu pelaksanaan Muktamar ke 34 NU di Lampung.
Sebelum kebijakan PPKM level Nataru dibatalkan, kedua kubu hampir mengambil sikap mengadakan muktamar dengan tanggal berbeda.
Apakah di waktu yang singkat, mantan Wakil Ketua Umum PBNU periode 2010-2015 itu bisa bersaing dengan dua kandidat yang muncul jauh-jauh hari?
Pengamat politik Ahmad Khoirul Umam berpendapat, munculnya As'ad Said Ali sebagai calon ketua umum alternatif akan membuat gelaran Muktamar NU lebih dinamis.
Kata Direktur Eksekutif Indostrategic ini, para muktamirin nantinya akan terhindaar dari cara pandang dikotomis.
"Sehingga bisa membandingkan calon Ketum yang lebih dibutuhkan untuk PBNU ke depan," demikian kata Umam kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (15/12).
Terkait peluang kemenangan, Umam melihat, As'ad harus bekerja keras di sisa waktu yang hanya hitungan hari. Muktamar NU sendiri akan digelar pada tanggal 23 Desember mendatang.
Dosen Universitas Paramadina itu kemudian menyampaikan dua kemungkinan. Pertama, As'ad Said Ali bisa saja menang jika strategi pendekatannya intensif dan sistematis.
Kemungkinan kedua, ditambahkan Umam, As'ad Said Ali yang pada Muktamar 33 di Jombang meraih 107 suara bisa saja akan menggerus suara salah satu calon.
"Akan berpotensi menggerus dan memecah dukungan salah satu calon Ketum yang lain, antara basis pemilih loyal Kiai Said Aqil dan Kiai Yahya Cholil Staquf," pungkas Umam.
BERITA TERKAIT: