"Kalau boleh saya bilang ini
the best reshuffle yang pernah dilakukan Jokowi," kata Direktur Eksekutif Indobarometer M. Qodari, Kamis (24/12)
Menurut Qodari, pertimbangan Presiden Jokowi dalam pemilihan enam menteri baru dilandasi berbagai pertimbangan akomodasi politik, profesionalisme atau kompetensi dan pertimbangan kondisi sosial politik ekonomi saat ini.
Qodari menilai dari sisi akomodasi politik kental dari pemilihan Walikota Surabaya Tri Rismaharini dan mantan calon wakil presiden, Sandiaga Uno.
Risma dipilih menjadi Menteri Sosial pasti mendapat dukungan politik internal, karena Risma merupakan kader PDIP yang disukai Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum.
Adapun, pemilihan Sandiaga Uno yang merupakan kader Partai Gerindra yang duduk sebagai wakil ketua dewan pembina.
Lanjut Qodari, pemilihan calon menteri dari kalangan partai dipilih orang-orang yang berkualitas dengan pertimbangan yang sangat bagus dan terlihat dari nama-nama yang ada saat ini.
“Harus kita katakan bahwa
this is the very good choice, artinya kader partai yang dipilih itu bukan kacang-kacang lah kalau dalam istilah anak muda sekarang,†ujarnya
Qodari mencontohkan sosok Tri Rismaharani yang selama menjadi Walikota Surabaya sudah menunjukan prestasi kinerjanya.
“Siapa yang tidak kenal dengan Bu Risma dan siapa yang tidak mengakui kerja kerasnya selama menjadi Walikota. Perubahan atau transisi yang berhasil dilakukan oleh Bu Risma dalam mengubah wajah Kota Surabaya,†jelasnya.
Lanjutnya, terdapat tiga klaster baru dari menteri yang telah dipilih Jokowi dalam
reshuffle kali ini. Pertama, klaster tokoh popular bahkan sangat populer yang diwakili oleh Tri Rismaharini dan Sandiaga Uno.
“Sampai-sampai Presiden sendiri mengatakan, ini tokoh tapi kita tidak perlu perkenalkan lagi karena semua sudah tahu,†terangnya.
Kedua, klaster tokoh yang keberpihakannya jelas diwakili oleh Yaqut Cholil Qoumas dan Muhammad Lutfi.
Gus Yaqut dikenal sebagai Ketua Umum GP Ansor di mana tidak diragukan lagi keberpihakan terhadap soal pluralism, Bhineka Tunggal Ika dan dengan gayanya yang tegas.
“Keberpihakan itu sangat diperlukan pada situasi dan kondisi sekarang ini, jadi Menteri Agama itu tidak hanya kuat pada tataran wacana tapi juga kuat pada tataran lapangan, karena lapangan juga sangat menentukan,†paparnya.
Sementara Muhammad Lutfi sebagai Menteri Perdagangan yang memiliki latar belakang HIPMI diharapkan kebijakannya itu pro kepada kepentingan nasional.
“Karena kental sinyalemen bahwa Menteri Perdagangan sebelumnya itu keberpihakannya ‘agak’ kurang,†sambungnya
ketiga, klaster profesional manajerial yang diwakili Budi Gunadi Sadikin dan Sakti Wahyu Trenggono.
Menurutnya, hadirnya Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan diharapkan mampu meningkatkan serapan anggaran dan menyiapkan vaksinasi Covid-19.
Selain itu, lanjut Qodari, tugas Menkes Budi Gunadi Sadikin bagaimana agar asuransi kesehatan terutama BPJS itu bisa terkelola dengan baik agar tidak defisit terus menerus.
“Pak Jokowi itu dulu berkali-kali marah karena serapan anggaran, saya kira sebagai seorang ahli keuangan yang begitu panjang pengalamannya dalam dunia perbankan diharapkan agar serapan anggaran Covid-19 dari Kementerian Kesehatan akan cepat dan menyiapkan vaksinasi Covid-19 yang menjadi tugas besarnya,†bebernya.
Sementara itu, Sakti Wahyu Trenggono, diharapkan untuk bisa dengan skill dan kemampuannya sukses untuk urusan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
“Diharapkan mampu mengembangkan skill kewirausahaan dari Pak Sakti Wahyu Trenggono dalam dunia perikanan di Indonesia.†pungkas Qodari.
BERITA TERKAIT: