Isu politik itulah yang digunakan kalangan tertentu untuk menyebutkan Din Syamsuddin sebagai bagian dari barisan sakit hati yang menginisiasi terbentuknya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).
Salah seorang deklarator dan Presidium KAMI ini menceritakan duduk perkara mengapa isu tersebut muncul. Pernyataan itu disampaikan Din sebagai jawaban atas pertanyaan yang disampaikan wartawan yang menanyakan kesiapan dirinya jika diminta menjadi cawapres.
“Saya tidak mau meremehkan Muhammadiyah, organisasi besar yang saya pimpin dua periode,†kata Din dalam acara diskusi virtual, "Tanya Jawab Cak Ulung", Kamis (8/10).
Penjelasan ini disampaikan Din sebagai respon atas upaya pihak tertentu menyudutkan tokoh-tokoh di KAMI.
“Jadi (pernyataan siap jadi wapres) dalam konteks itu. Kan ada alinea kedua, namun saya sadar bukan orang yang punya parpol. Tapi judulnya (di media) siap. (Sekarang) dipakailah untuk kira-kira mendeskritkan saya pernah punya keinginan (jadi wapres),†katanya.
Din menegaskan, ketika itu bila betul-betul diminta menjadi wapres, dirinya akan menolak.
“Kalau betul-betul diminta belum tentu mau. Lihat siapa calon presidennya ya. Saya maunya, sebagai mantan Ketum Muhammadiyah saya menjadi nomor satu. Jangan nomor dua,†sambungnya.
“Saya lebih tepat jadi presiden. Jangan jadi nomor dua. Karena saya ini, dirasa dan diyakini orang lain sebagai
man of ideas dan
man of action. Kalau nomor dua (wapres) terlalu menonjol dari presidennya akhirnya pecah kongsi nanti,†tandasnya.
BERITA TERKAIT: