"Kejanggalan POP ini kuncinya ada di dua organisasi terbesar tersebut," ujar Ketua Umum PP Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Aswandi Jailani kepada wartawan, Kamis (23/7).
"Kenapa sampai keduanya mundur dari program itu kan? Jadi hal yang serius juga kalau sudah begini," imbuhnya menegaskan.
Dikatakan Aswandi, kejanggalannitu terletak pada pola dan siapa yang dapat direkrut dalam POP.
"Yang kita sesalkan pola rekruitment POP ini ada kejanggalan juga, pada polanya. Mengingat yang sudah disampaikan PBNU bahwa awalnya ditolak terus ditarik lagi. Termasuk syarat yang bisa disusulkan," jelasnya.
Selain itu, kata dia, deadline atau batas waktu rekruitment terkesan mengada-ada yang menunjukkan ketidakseriusan Kemendikbud dalam mengurus POP.
"Kalau dilihat dari deadline yang disampaikan PBNU, ditawari 2 hari sebelum deadline tutup. Kita bisa bayangkan keseriusan Kemendikbud bikin atau urus program ini. Seakan-akan program ini program ecek-ecek yang nanti hanya ngabisin anggaran negara," bebernya.
Dia pun menyarankan program POP dievaluasi menyeluruh. Terutama, soal target yang ingin dicapai dari program tersebut.
"Saran untuk Kemendikbud ini, penerima dana outcome harus jelas, harus sesuai target kerja Kemendikbud. Kalau dari polanya saja tidak memenuhi standar, bagaiman program ini bisa bermanfaat untuk masyarakat negeri ini," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: