Semakin unik lantaran fenomena alam itu terjadi bebarengan dengan hari ulang tahun Presiden Joko Widodo yang juga hari wafatnya Presiden pertama RI Soekarno, 21 Juni.
Atas alasan itu, ahli filsafat spiritual kepemimpinan, Sri Eka Sapta Wijaya Galgendu menerawang makna dari fenomena tersebut.
Penerawangan dilakukan berdasar spiritual kenegaraan. Artinya jiwa dan kekuatan serta semangat yang terbangun dari dasar nilai kebesaran dan keagungan Tuhan menjadi fokus penilaian dan pengkajian, yang kemudian dihadapkan pada suatu permasalahan negara.
“Para pemimpin negara dan kita semua yang dekat dengan Tuhan pada umumnya akan diberi tanda- tanda bila akan terjadi sesuatu,†tegasnya kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (23/6).
“Tuhan telah menunjukkan kebesaran dengan tanda-tanda alam. Karena di hari yang sama terjadi gerhana, gempa bumi di Pacitan Jawa Timur, dan Gunung Merapi di Yogyakarta meletus,†sambungnya.
Gerhana matahari cincin, sambungnya, merupakan fenomena di mana bulan tidak cukup besar untuk menutupi seluruh matahari dan kemudian terlihat matahari seperti cincin yang melingkar di bulan.
Kejadian yang berbarengan dengan hari kelahiran Presiden Joko Widodo itu dalam spiritual kenegaraan bisa dimaknai sebagai waktu peringatan.
Diuraikan Sri Eka Sapta Wijaya Galgendu, andai matahari dimaknai sebagai Presiden Joko Widodo, bulan diartikan para pejabat dan pembantu presiden, dan bumi adalah rakyat Indonesia, maka bisa digambarkan bahwa cahaya kehidupan matahari atau presiden tidak dapat sepenuhnya dirasakan oleh bumi atau rakyat.
“Karena cahaya kehidupan (presiden) terhalang oleh bulan (para pejabat dan pembantu presiden),†terangnya.
Atas alasan itu, bumi kemudian bergetar atau terjadi gempa bumi. Ini artinya, kehidupan rakyat gonjang-ganjing dan mengakibatkan ledakan kemarahan yang digambarkan dengan Gunung Merapi meletus.
Sri Eka Sapta Wijaya Galgendu berharap Presiden Joko Widodo bisa menangkap pesan ini dan kebijakannya tidak lagi terhalang oleh para pejabat dan para pembantunya .
“Tapi jika berlangsung terus menerus akan terjadi gonjang ganjing di rakyat Indonesia dan bisa kemudian rakyat meluapkan kemarahan,†tegasnya.
“Jangan jadikan matahari terhalang bulan. Kita sudah diberi waktu peringatan. Semoga semua bisa
eling lan waspada,†demikian Sri Eka Sapta Wijaya Galgendu.
BERITA TERKAIT: