Plt. Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri, Bahtiar mengungkapkan, pihaknya menangkap satu hal penting yang harus dipunyai masyarakat Indonesia, yaitu semangat masyarakat Korea yang menginginkan pergantian kepemimpinan tetap terjadi meski di masa pandemik.
Pasalnya belakangan dia melihat, masyarakat dan sejumlah pihak di dalam negeri merasa khawatir dengan penyelenggaraan pilkada serentak di tengah pandemik virus corona. Sehingga menurutnya perlu dicarikan contoh pembelajaran.
"Kasus Korea, justru warganya yang mendesak pemerintahanya tetap menyelenggarakan pemilu," ujar Bahtiar dalam diskusi daring yang digelar Universitas Mercu Buana bertajuk "Panggung Pencitraan dan Tantangan Demokrasi di Tengah Pandemi Covid-19", Sabtu (20/6).
Dorongan masyarakat Korsel untuk tetap menyelenggarakan pemilu, diterangkan Bahtiar, adalah karena menginginkan perubahan penghidupan ke arah yang lebih baik, khususnya dimasa krisis akibat Covid-19.
"Karena masyarakatnya menginginkan pemimpin yang bisa menangani permasalahan yang mereka hadapai ini. Meraka ingin pemimpin yang kredibel, yang bisa menyelesaikan krisis," ucapnya.
Oleh karena itu, dengan dilanjutkannya pilkada sesuai kesepakatan penyelenggara pemilu, pemerintah dan DPR, Bahtiar mengajak semua pihak untuk belajar dari semangat warga Korsel. Yaitu mengubah pola pikir masyarakat untuk mencari pemimpin yang lebih baik.
"Tugas kita mengubah pola pikir masyarakat untuk bisa mendapatkan pemimpin terbaik. Bukan pemimpin yang biasa-biasa, karena pemimpin dikeadaan normal itu biasa," imbau Bahtiar.
"Justru kita hendak menjadikan pilkada 2020 ini sebagai alat untuk negara ini bangkit. Agar masyarakat kita mulai percaya diri, bahwa ada masalah kesehatan, tapi secara iimu pengetahun itu bisa diatasi dengan protokol kesehatan yang ketat," tambahnya.