Mundurnya Taufan pun diapresiasi banyak pihak. Salah satunya datang dari Kharis Subarka, inisiator dari petisi evaluasi stafsus milenial.
Melalui http://change.org/EvaluasiStafsusPresiden, petisi tersebut telah ditandatangani oleh 6000 lebih yang mendukung kedua Stafsus milenial itu mundur karena terlibat konflik kepentingan.
"Dua tuntutan kita terhadap Staf Khusus Presiden Andi Taufan Garuda dan Adamas Belva Syah Devara sudah terjawab. Terima kasih ya teman-teman, berkat dukungan kalian yang turut meramaikan tuntutan ini di media online, kedua staf khusus presiden tersebut akhirnya dengan sadar diri mengundurkan diri dari jabatannya,†tulis Kharis di petisi, Jumat (24/4) .
Kharis mengajak publik terus mengingatkan Presiden Jokowi agar tidak salah pilih lagi dalam memilih pembantunya terutama di lingkaran Istana.
Sehingga tidak membuat gaduh dan bisa fokus membantu presiden sesuai dengan arahan serta aturan dan perintah Presiden.
“Gelar dan karya dalam bentuk startup memang penting, tapi juga track record pemahaman soal kebijakan dalam pemerintahan, isu sosial, dan aktivis muda juga penting," tegasnya.
Kharis pun meminta Presiden Jokowi agar lebih ketat serta belajar dari kesalahan sebelumnya.
"Sekali lagi, terima kasih ya teman-teman. Jangan berhenti suarakan kebenaran untuk mendukung Pemerintahan yang bersih,†tutup Kharis di petisi.
Belva yang juga merupakan CEO Ruangguru disinyalir mendapat proyek dari istana dengan jumlah yang fantastis sebesar Rp 5,6 triliun untuk program Kartu Prakerja.
Kehadiran program ini sejak awal memang menimbulkan kontroversi. Hal itu lantaran menyiratkan konflik kepentingan hingga nepotisme.
Adapun Andi Taufan Garuda Putra sebelumnya diduga memanfaatkan momen Pandemik Covid-19 dengan menyurati camat seluruh Indonesia untuk 'menitipkan' perusahannya, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) sebagai relawan Covid-19.
BERITA TERKAIT: