"Kepergiannya justru terjadi pada saat umat memerlukannya," ujar mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (3/2).
Gus Sholah adalah pemimpin sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, pesantren yang didirikan kakeknya pendiri NU KH. Hasyim Asyari.
Selain itu, adik kandung KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu juga adalah seorang negarawan, figur nan penuh dengan kearifan dan kebijaksanaan, serta cenderung mempersatukan.
"Gus Sholah memiliki itu semua," sebut Din.
"Beberapa kali beliau mengajak untuk mempertemukan para tokoh Islam guna menyatukan pikiran terhadap masalah-masalah kebangsaan, dan menghadapi gejala pemecahbelahan umat oleh umat sendiri," lanjut dia.
Din mendengar langsung kala mampir di Jombang maupun dalam berbagai kesempatan, Gus Sholah sangat memiliki keprihatinan terhadap keterpecahan umat dan rendahnya qiyadah merekatkan ukhuwah Islamiyah baik antar organisasi maupun dalam satu organisasi.
"Menurut Almarhum, banyak yang terjebak pada
hubbud dunya (pragmatisme dan materialisme)," ucapnya.
Sambung Din, Gus Sholah beberapa kali mengajak untuk adanya pertemuan para tokoh, namun belum menjadi kenyataan hingga Almarhum dipanggil pulang ke hadirat Ilahi.
"Semoga niat baik itu ada yang meneruskannya dan arwah Almarhum dari balik barzakh ikut berbahagia menyaksikannya.
Ya ayyuhan nafsul muthmainnah, irji'i ila rabbiki radhiyatam mardhiyyah," demikian Din Syamsuddin.