Demikian pandangan pengamat Komunikasi Politik Emrus Sihombing yang disampaikan kepada
Kantor Berita RMOLSumut. Emrus menilai Mantan Gubernur DKI yang digadang-gadang menjadi Dirut BUMN itu telah menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.
“Memang keberadaan Ahok acapkali menimbulkan pro dan kontra di ruang publik. Ketika ia jadi gubernur, ucapannya pun memunculkan respons yang beragam. Bahkan berujung di meja sidang pengadilan yang mengirimnya ke lembaga pemasyarakatan negeri ini. Digadang-gadang untuk duduk di posisi puncak di salah satu BUMN pun banyak pro dan kontra yang muncul,†katanya, Sabtu (16/11).
Padahal Emrus menilai Ahok pantas menjadi Pemimpin BUMN, badan usaha pelat merah yang dinilai banyak masalah. Mulai dari manajeman yang tidak transparan, adanya koruptor yang bersarang, hingga kemungkinan praktik ‘kongkalikong’ di BUMN tersebut.
“Melihat rekam jejak seperti kejujuran, transparansi pengelolaan, keberanian, antikemapanan, pendobrak kekakuan birokrasi, dan kerja keras yang luar biasa dimiliki oleh seorang Ahok. Menurut hemat saya, ia sangat pantas di posisi dirut di salah satu BUMN yang selama ini sangat bermasalah," ucap Emrus.
"Tugas utamanya membongkar kemapanan yang sangat merugikan negara selama ini. Menurut saya, sebaiknya Ahok diposisikan sebagai Dirut Pertamina,†imbuhnya.
Namun demikian, Emrus menuturkan wacana kemungkinan Ahok di posisi puncak di BUMN yang bermasalah tersebut tampaknya tidak berjalan mulus. Ada saja pro dan kontra yang mewarnainya.
“Lihat saja ruang publik kita pekan ini, resistensi terhadap Ahok mulai bermunculan dengan berbagai argumentasi yang dibangun secara logik. Tujuannya bisa saja agar jangan sampai Ahok memimpin BUMN yang melilit setumpuk masalah yang sudah menjadi budaya di BUMN yang bersangkutan selama ini. Praktik penyimpangan seolah sudah ‘pemakluman’,†katanya.
Terlepas dari pro terhadap sosok Ahok kemungkinan memimpin BUMN bermasalah tersebut, Emrus menyebut hal yang menarik untuk didiskusikan adalah mereka yang kontra terhadap Ahok.
“Hal yang sangat menarik didiskusikan perlu mengenal siapa saja kemungkinan mereka yang kontra tersebut dari sudut lontaran komunikasi yang ‘ditembakkan’ ke ruang publik,†tutupnya.
BERITA TERKAIT: