Negara Gagal Lindungi Hak Minoritas, Debat Capres Jangan Hanya Jadi Ajang Retorika

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Jumat, 18 Januari 2019, 13:19 WIB
Negara Gagal Lindungi Hak Minoritas, Debat Capres Jangan Hanya Jadi Ajang Retorika
Foto: RM

Debat Capres Jangan Hanya Jadi Ajang Retorika

RMOL. Debat Capres Cawapres 2019 yang digelar tadi malam (Kamis, 17/1) jangan hanya menjadi ajang retorika belaka.

Selama empat tahun terakhir, sektor hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM), pemberantasan korupsi dan penanganan terorisme masih melempem.

Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Institute for Indonesia Local Policy Studies (ILPOS), Rafles Hasiholan Aritonang dalam rilis tertulisnya.

Berkaca dari acara debat capres terdahulu di era SBY, Megawati dan Jusuf Kalla pada 2009, seharusnya debat capres pada proses Pilpres 2014 dan 2019 ini pun jangan hanya dijadikan ajang pidato.

"Diharapkan debat itu menampilkan pertarungan ide dan gagasan dengan solusi-solusi konkrit, maupun indikator terukur, menyoal permasalahan bangsa yang masih kita rasakan hingga saat ini, berkaitan dengan permasalahan Hukum dan HAM, Korupsi dan Terorisme," tutur Rafles, Jumat (18/1).

Dia menyoroti sektor hukum dan HAM. Di sektor ini, Rafles menyatakan, belum tuntasnya proses penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM di masa lalu, adalah beban yang tak kunjung dibereskan.

Belum lagi, orang-orang dalam lingkaran kedua calon presiden pun terindikasi terlibat dalam kasus-kasus tersebut, seperti Tragedi Semanggi, Trisakti, Talangsari, kasus kematian Munir serta pelanggaran HAM berat di Papua.

"Kami melihat, perlunya peradilan HAM di Indonesia untuk menyeret para pelaku untuk diadili," katanya.

Masih berkaitan dengan hukum dan HAM, Rafles menuturkan, tindakan intoleransi dengan tendensi Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) masih marak melanda bangsa ini. Negara acapkali terlambat, bahkan gagal melindungi hak-hak minoritas.

Menurut dia, kebebasan beragama di Indonesia belum terjamin. Buktinya masih terjadi penutupan tempat ibadah, pelarangan beribadah bahkan persekusi antarumat beragama.

"Para capres dan cawapres yang berdebat, jangan hanya memperontonkan pidato-pidato yang enak di telinga. Kiranya dapat menawarkan gagasan, solusi konkrit serta lngkah-langkah strategis dalam menyelesaikan problematika itu," ujar Rafles.[wid]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA