Persoalan Guru Yang Harus Dipecahkan Capres

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Minggu, 25 November 2018, 22:05 WIB
Persoalan Guru Yang Harus Dipecahkan Capres
Ilustrasi/Net
rmol news logo Bangsa Indonesia masih dibayangi berbagai persoalan di bidang pendidikan, salah satunya terkait kesejahteraan guru.

Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, hingga detik ini ada tiga persoalan utama yang menjadi tantangan guru yang merupakan pilar penting kemajuan pendidikan nasional, yakni masih rendahnya kesejahteraan guru, kesenjangan kualitas dan kompetensi guru, serta persebaran dan kesenjangan rasio guru dan murid yang belum ideal.

"Ketiga persoalan ini ibarat segitiga yang saling terkait atau berhubungan. Oleh karena itu, formulasi solusi atas ketiganya juga harus bergerak bersama atau linear. Segitiga persoalan guru ini menjadi tantangan yang harus dipecahkan para capres-cawapres dalam visi misi dan program mereka di bidang pendidikan," jelasnya kepada wartawan, Minggu (25/11).

Kesejahteraan guru menjadi persoalan klasik yang tidak kunjung mendapatkan solusi komprehensif karena alasan yang juga klasik yaitu kemampuan keuangan negara. Untuk itu, para capres harus punya formulasi memecahkan persoalan, misalnya keberanian untuk merealisasikan 20 persen APBN murni hanya untuk pendidikan dan kesejahteraan guru. Karena selama ini anggaran pendidikan juga tersebar untuk 17 kementerian dan lembaga.

Kemudian kesenjangan kualitas dan kompetensi guru yang belum merata juga harus segera diretas. Ada daerah, yang kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan kompetensi sosial gurunya secara umum sangat baik. Namun, di daerah lain terutama yang terpencil dan terluar sangat belum memadai.

"Jika kesenjangan ini terus menganga akan menjadi bencana dunia pendidikan. Padahal guru-guru di daerah terpencil dan terluar ini yang harus mendapat prioritas berbagai pelatihan peningkatan kompetensi dan kesempatan melanjutkan pendidikan dari pemerintah karena tantangan mereka lebih berat," papar senator DKI Jakarta tersebut.

Lanjut Fahira, persoalan lain yang juga cukup serius adalah persebaran dan kesenjangan rasio guru dan murid. Menurutnya, terdapat dua persoalan mendasar terkait hal itu yaitu perekrutan guru yang tidak sesuai dengan jumlah pendaftaran murid di segala tingkat pendidikan, dan distribusi guru yang belum merata.

"Terjadi surplus jumlah guru di kota-kota besar, sementara di daerah tertentu terutama di desa-desa, daerah terpencil dan terluar justru mengalami defisit guru yang cukup serius. Akibatnya, rasio antara jumlah guru dan murid di Indonesia tidak pernah ideal," jelas Fahira. [wah] 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA