Namun demikian, impor pangan membuat para pengusaha dan pejabat menjadi kecanduan dan mengincar keuntungan yang besar. Sehingga, tak jarang ada beberapa komoditas impor yang sengaja dilakukan di atas kuota yang dibutuhkan.
Begitu kata ekonom senior DR. Rizal Ramli menjelaskan tentang latar belakang dirinya melaporkan dugaan korupsi impor pangan ke Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Selasa (23/10).
Kebijakan impor yang serampangan, sambung Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid tersebut, akan merugikan para petani.
"Garam dilebihkan 1,5 juta ton, sehingga petani garam sedih sekali, garamnya nggak ada yang beli, jadi air. Gula dilebihkan 1,2 juta ton dan beras dilebihkan 1 juta ton dan bawang putih," jelas mantan Menko Kemaritiman itu.
Tak jarang, sambung pria yang akrab disapa RR itu, kebijakan ini dibuat licik, yaitu dengan mengklaim keadaan pangan sedang krisis dan langka.
"Kelangkaan yang diada-adakan, rekayasa kelangkaan sehingga ada alasan untuk impor lebih banyak lagi," tukasnya.
[ian]