Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo menilai, sikap berbeda pilihan yang ditunjukkan sejumlah kader Demokrat menunjukkan ada dinamika politik yang berseberangan terkait dengan pilihan capres.
"Meskipun dikemas dengan bahasa dispensasi atau alasan mengamankan suara partai demi pemilu legislatif, tapi menurut saya dispensasi itu istilah halus 'main dua kaki'," kata Karyono kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (13/9).
Partai Demokrat telah sepakat mengusung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam Pilpres 2019. Namun belakangan, kader Demokrat seperti Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Gubernur Papua Lukas Enembe, mantan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar dan yang terbaru Gubernur Banten Wahidin Halim menyatakan dukungannya terhadap pasangan Jokowi-Ma'ruf.
"Tentunya tidak hanya kader dan pengurus, tapi juga di tingkat pemilih Partai Demokrat. Tentunya di akar rumput yang menjadi basis pemilih partai Demokrat juga terjadi perbedaan pilihan capres," tegasnya.
Kendati demikian, Karyono menilai fenomena adanya main dua kaki bukan untuk mengamankan Agus Harimurti Yudhono (AHY) di kabinet Jokowi-Ma'ruf jika terpilih Pilpres 2019. Namun beberapa kader Demokrat yang justru memanfaatkan situasi.
"Mungkin kalaupun ada yang masuk kabinet justru bukan AHY, tapi kader Demokrat seperti TGB dan Soekarwo," pungkasnya.
[rus]
BERITA TERKAIT: