Ulama Harus Hindari Bikin Ijtima Yang Bersifat Politik Praktis

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/adityo-nugroho-1'>ADITYO NUGROHO</a>
LAPORAN: ADITYO NUGROHO
  • Jumat, 03 Agustus 2018, 03:52 WIB
rmol news logo Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama menggelar ijtima ulama yang mengamanatkan kepada Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden 2019.

Hasil ijtima mengesankan bahwa ulama sudah terjun semakin jauh dalam politik praktis di Indonesia. Akibatnya umat Islam semakin bingung dan membuat suasana kian tak kondusif.

"Sebaiknya pada ulama Indonesia menghindari bikin ijtima-ijtima yang sifatnya politik praktis," ujar tokoh PBNU KH Ahmad Bagja melalui siaran pers, Jumat (3/8).

Seharusnya, ulama berperan dalam menyejukan umat melalui keilmuannya. Sehingga tidak perlu dengan ijtima untuk dukung mendukung.

"Sebaiknya alim ulama Indonesia itu sebagaimana sifat sifat keulamaannya, keilmuannya menjadi penyejuk masyarakat untuk tidak terlalu jauh ikut campur dukung mendukung siapa," beber Bagja.

Apalagi, kelompok yang menggelar ijtima bisa dibilang tak mewakili ulama seluruhnya. Akan tetapi hasil ijtima seakan membawa nama ulama secara keseluruhan.

"Seharusnya kita bisa menghindari diri dari kemungkinan tindakan kolektif beberapa kelompok alim ulama atau yang menamakan alim ulama itu," tandas Bagja. [wah]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA