TMP Kumpulkan Para Perempuan Pegiat Perubahan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yayan-sopyani-al-hadi-1'>YAYAN SOPYANI AL HADI</a>
LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI
  • Sabtu, 23 Desember 2017, 07:30 WIB
TMP Kumpulkan Para Perempuan Pegiat Perubahan
rmol news logo Perempuan sangat berperan penting dalam perjuangan di Indonesia. Maka hari Ibu di Indonesia, yang diperingati pada tanggal 22 Desember, merupakan juga sebagai peringatan pada perjuangan perempuan Indonesia.

Karena itu, DPP Taruna Merah Putih (TMP) menggelar diskusi dengan tema "Girl Power: Perempuan Perubahan." Diskusi ini dilaksanakan di kantor DPP TMP, Jalan Cik Ditiro, Menteng, Jakarta.

Hadir dalam diskusi ini anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Mercy Chriesty Barends, aktivis perempuan pejuang pluralisme Inayah Wahid, Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Rukka Sombalangi, dan Sekjen DPP TMP Restu Hafsari.

Menurut Mercy, pendekatan feminis perlu diterapkan sebagai kerangka berpikir dan pisau analisis sehingga segala kebijakan atau regulasi memiliki perspektif kesetaraan gender. Dan ntuk melahirkan para perempuan yang tangguh harus diwujudkan langkah-langkah dari pemerintah terhadap perempuan yang secara geografis di kepulauan atau daerah-daerah yang masih sangat marginal. Sehingga ada pendidikan yang merata dan adil bagi perempuan.

"Perempuan harus meng-upgrade dirinya menjadi personal yang berkualitas dan memiliki daya tawar," tegas Mercy.

Inayah mengingatkan bahwa cara berpikir patriarkis tidak memiliki jenis kelamin. Baik laki-laki maupun perempuan bisa berpikir patriarkis. Karena itu, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama harus menghilangkan cara pikir patriarkis.

Sementara Rukka memberi catatan, bahwa hingga saat ini, perempuan-perempuan adat yang ada di berbagai wilayah di Indonesia mengalami keterbatasan akses. Baik itu akses  baik komunikasi, pendidikan maupun ekonomi.

"Pendekatan penyelesaian persoalan perempuan bagi masyarakat adat harus dengan perspektif yang berbeda dibandingkan perempuan perkotaan atau  daerah urban," tegas Ruka.

Sedangkan Restu Hafsari mengingatkan bahwa untuk bisa eksis dan menjadi pelopor perubahan, perempuan tak cukup hanya mengandalkan brain, beauty dan behavior. Perempuan harus memiliki jiwa aktivisme.

"Karena dengan aktivismenya perempuan akan mampu menjadi perempuan dalam perubahan, baik di bidang sosial, kemanusiaan, perdamaian, atau politik," tegas Restu.[dem]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA