Bukan hanya di Indonesia, Donald Trump dalam pemilihan presiden 2016 lalu juga disebut memainkan gerakan populisme yang antidemokrasi hingga akhirnya mengalahkan Hillary Clinton. Lantas apakah gerakan populis akan dimainkan dalam pesta demokrasi 2018 dan 2019 mendatang.
Pengamat politik Univeristas Padjadjaran (Unpad) Muradi menilai gerakan populisme spiritual bakal dilakukan lagi dalam Pilkada 2018 serta Pileg dan Pilpres 2019 mendatang. Menurutnya, kemunculan populis spiritual ditandai dengan kemunculan figur baru, yang tidak terkontaminasi.
"Salah satu faktor gerakan populis itu dia harus bebas nilai dan tidak terkontaminasi dia akan punya pengikut yang banyak kalau tokoh yang dimunculkan tidak terkontaminasi," ujar Muradi saat berbincang dengan wartawan, Jumat (16/6).
Meski kemungkinan gerakan populis spiritual kembali dimainkan, namun sejauh ini belum ada figur yang bisa dimunculkan sebagai penggerak. Menurutnya tokoh-tokoh yang muncul dalam aksi 212 di Jakarta kemarin tidak mungkin lagi dimunculkan sebab telah terkontaminsi oleh politik pilkada DKI Jakarta.
"Kalau nanti memunculkan Rizieq, Aa Gym (Abdullah Gymnastiar), Arifin Ilham, nggak akan berpengaruh apapun karena sentimen yang dibangun itu tadi, tidak lagi dalam posisi bebas nilai dia sudh menjadi perpanjangan dari politik lain," demikian Muradi.
[san]