Kedua, bagaimana Taufiq yang berasal dari keluarga Masyumi itu, menjadi tokoh paling berpengaruh di kalangan nasionalis, terutama menyelesaikan setiap ketegangan-ketegangan yang terjadi diantara anak bangsa.
"Pak Taufiq itu menjaga Pancasila sebagai pondasi kokoh dan mendekati siapa saja yang belum tentu searah dengan kondisi pemerintah," kata Anggota Wantimpres Sidarta Danusbroto dalam acara mengenang Taufiq Kiemas tadi malam (12/6).
Acara yang dihadiri ratusan orang itu mempertemukan tokoh dari berbagai aliran. Diawali dengan berbuka puasa bersama, hadir diantaranya, Menko PMK Puan Maharani, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, bekas Wakil Ketua MPR Achmad Farhan, tokoh pers Panda Nababan, M Yamin, peneliti Muhammad Qodari, Staf kantor Sekertariat Presiden Eko Sulistyo, politisi Andreas Parera dan Budiman Sujatmiko, Masinton Pasaribu, aktivis Malari Hariman Siregar dan Beathor Suryadi, seniman Tubagus Dedi Gumelar atau Miing sampai Suryo Sulistyo dari Forum Silahturahmi Anak Bangsa.
Menurut Sidarta, Taufiq Kiemas lah yang mengusung sosilisasi empat pilar kebangsaan yang semakin relevan dengan kondisi bangsa. "Beliau itu mempertemukan orang dari berbagai latarbelakang pemikiran dan ideologis, siapa
saja, tujuannya untuk Indonesia," kenangnya.
Hal itu, dibenarkan peneliti Muhammad Qodari yang mengaku kesulitan mengumpulkan para tokoh ketika Taufiq Kiemas tak ada lagi. Dulu, mereka yang berasal dari daerah Sumatera bagian Selatan, misalnya, ketika dibilang Pak Taufiq berkumpul, tidak sulit mengumpulkan ribuan tokoh asal Sumatera bagian Selatan.
"Tapi
alhamdulliah, sekarang pun masih tetap bisa dengan warisan Pak Taufiq melalui sosialisasi empat pilar MPR," imbuhnya.
Sementara itu, mantan Wakil Ketua MPR Achmad Farhan mengungkapkan, Taufiq Kiemas merupakan figur yang bisa dengan rileks mendekati berbagai tokoh yang bersebrangan. Dia juga mengungkapkan, ketika dimintai mempertemukan Taufiq dengan Abubakar Baasyir.
"Memang ada beberapa prinsip tidak bisa dipertemukan, tapi Pak Taufiq itu menjaga koridor ke Indonesiaan,†imbuhnya.
Dia juga mengungkapkan kenangan ditugaskan mempertemukan para tokoh GAM dengan Taufiq Kiemas di MPR yang berlangsung dengan cair agar tidak ada satu kerikil pun yang menghambat NKRI. "Pak Taufiq bukan hanya pandai mencari teman, tapi juga merawat pertemanan," terangnya.
Sobat Taufiq Kiemas, Panda Nababan pun bertutur yang sama. Menurut Panda yang mengaku mengenal Taufiq ketika dalam tahanan militer tahun 1967, Taufiq itu terbuka terhadap setiap persoalan. Bahkan, kepada mereka yang dinilai bersebrangan, dia memerintahkan bisa membantunya.
Hariman Siregar mengungkapkan, sebagai sesama aktivis yang pernah bersebrangan dan melawan rejim Orba yang otoriter tercipta suatu solidaritas. "Kadang kita bergandengan tangan, tapi kadang bersebrangan, tapi solidaritas tetap," paparnya.
Sementara itu, Suryo Sulistyo mewakili Forum Silahturahmi Anak Bangsa mengungkapkan, sejak tahun 2003-2010, forum yang beranggotakan anak-anak para orang tua yang bersebrangan itu, seperti berjalan sendiri. Namun, tidak ada pihak pemerintah yang mendekati.
"Mungkin juga lantaran takut, karena selain ada anak pahlawan nasional Achmad Yani, disitu pun ada anak DN Aidit dan SM Kartosuwiryo. Tapi kemudian, Pak Taufiq mendekati dan selenggarkan pertemuan formal di MPR untuk menjembatani. Prinsipnya, kami tak mau mewarisi konflik orang tua kami," pungkasnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: