Lebih mengerikan karena yang dimobilisasi sebagai amunisi adalah sentimen agama. Agama yang sebenarnya di wilayah pribadi, dipaksa terlibat untuk menguatkan suatu argumentasi atau sentimen primordial.
Politisi senior Partai Golkar, Zainal Bintang, mengaku sangat cemas menyaksikan sentimen agama dieksploitasi secara masif untuk tujuan politik jangka pendek.
"Agama sebagai sesuatu yang sakral, diturunkan pangkatnya menjadi pentungan membungkam argumentasi. Jika hal ini dibiarkan begitu saja oleh otoritas negara, sudah pasti keadaan akan semakin keruh dan rumit," kata Bintang kepada redaksi, Senin malam (15/5).
Anggota Dewan Pakar Golkar ini berharap pemimpin bangsa tidak pasif. Ia juga menggugat peran dan fungsi parpol. Ketika masyarakat sedang dihadapkan pada kegaduhan, seyogyanya elite parpol cepat tanggap. Secara kelembagaan, parpol yang punya "garis komando" dari pusat hingga ke daerah, bahkan sampai ke akar rumput di pedesaan.
Bintang menyatakan heran karena seolah elite parpol tidak punya skenario "tanggap darurat". Ia menyindir, kader parpol hanya terlatih membagi Sembako setelah terjadi bencana alam. Sedangkan elite parpol hanya lincah membujuk dan memobilisasi rakyat untuk kepentingan Pilkada atau Pemilu. Parpol tidak memiliki jalur komunikasi intensif dengan masyarakat, tidak memiliki pola monitoring suara hati nurani rakyat.
"Banyak kader parpol tampil gagah dengan pakaian seragam yang mengadopsi kostum miilter. Akan tetapi mereka tercecer dan mengecewakan di dalam konteks perlombaan pengelolaan aspirasi rakyat. Tentu saja masuk akal apabila lambat laun masyarakat merasa tidak butuh parpol," sesal Bintang.
Dia juga mencatat banyak bukti, pelayanan dan perlindungan parpol "kurang menggigit" ketika ada warga masyarakat yang mendapat perlakuan tidak adil.
"Seharusnya parpol tidak membiarkan masyarakat begitu bebas menggunakan isu keagamaan, yang pada kadar tertentu dapat mengancam keberagaman. Peran dan tanggung jawab elite parpol memang dipertanyakan. Quo Vadis elite Parpol?,"demikian Bintang.
[san]
BERITA TERKAIT: