Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Benarkah Kebhinnekaan Kita Terancam? SBY: Tidak!

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Rabu, 08 Februari 2017, 10:53 WIB
rmol news logo Mantan Presiden SBY mengaku ada pertanyaan kritis yang mengusik pikirannya.

Pertama, benarkah kebhinnekaan kita terancam saat ini, sebagaimana yang gencar disuarakan oleh sebagian kalangan? Kedua, masih relevankah kita bicara kebhinnekaan, setelah lebih dari 70 tahun Indonesia merdeka?

"Menjawab pertanyaan kesatu dengan tegas saya katakan tidak," jelas SBY saat menyampaikan pidato politik dengan tema "Indonesia Untuk Semua"  dalam acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dan Dies Natalis ke-15 Partai Demokrat di JCC, Jakarta, Selasa malam (7/2).

Ketua Umum DPP Partai Demokrat tersebut menegaskan tidak ada ancaman yang serius terhadap kebhinnekaan kita saat ini. Namun, dia mengakui ada benih-benih yang bisa mengganggu kebhinnekaan ini jika tidak kita cegah dan kelola dengan baik.

"Terhadap pertanyaan kedua, jawaban saya adalah ya. Benar. Berbicara tentang kebhinnekaan tetap dan selalu relevan. Menjaga dan merawat kebhinnekaan boleh dikata menjadi 'never ending goal,' ungkapnya.

Dari perspektif sejarah, menjadi bangsa yang rukun, harmonis dan toleran adalah bagian dari nation building. Kebhinnekaan kita bukanlah sekadar perbedaan identitas dari segi agama, etnis, suku bangsa dan asal daerah.

"Lebih dari itu. Bangsa kita juga majemuk dari segi budaya, bahasa, adat dan nilai-nilai lokal yang lain. Kita juga beragam dalam aliran paham, cara pandang, status sosial dan pilihan politik dalam kepartaian," ungkapnya.

Dia mengingatkan ketika Indonesia mengalami konflik komunal yang berdarah. Benturan horisontal itu terjadi di Sampit, Poso, Ambon dan Maluku Utara. Perlu diketahui, untuk mengatasi dan mengakhiri konflik komunal itu diperlukan waktu 5 tahun. Itupun masih dilanjutkan dengan proses rekonsiliasi dan trust building, yang juga memerlukan waktu yang panjang.

"Pesan yang ingin saya sampaikan adalah janganlah kita bermain-main dengan kebhinnekaan ini. Kalau memang tidak ada ancaman, janganlah dihembus-hembuskan dan dimanipulasi secara politik, sehingga akhirnya benar-benar menjadi masalah. Kita harus sungguh berhati-hati. Bermain air basah, bermain api terbakar. Saya sungguh merasakan dan mengetahui, karena sebagai Menko Polkam, dulu saya ikut menangani dan menyelesaikan konflik-konflik horisontal itu," tandasnya.

Yang penting, kata dia, bagaimana kita bisa menjaga dan merawat kebhinnekaan itu sekarang dan ke depan. Menurutnya, ada 2 kata kunci jika kita ingin sukses menjaga kebhinnekaan. Toleransi dan tenggang rasa.

"Toleransi berarti menghormati perbedaan. Toleransi juga berarti kita bisa mengerti, dan tidak cepat tersinggung atau marah, jika mendengar atau mengetahui sesuatu yang tidak 'pas'," ucapnya.

"Sementara, tenggang rasa adalah kemampuan dan kesediaan untuk mengendalikan diri. Kita mesti mencegah tutur kata dan perbuatan yang bisa melukai, menyinggung, memperolok, dan merendahkan keyakinan saudara kita yang berbeda identitas. Karenanya, toleransi ini harus senantiasa dipasangkan dengan tenggang rasa," demikian SBY. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA