Hal itu disampaikaan Ketua Umum PDIP Megawati soekarnoputri pada perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-44 PDIP di JCC, Senayan, Jakarta, Selasa (10/1).
Menurut Megawati apa yang terjadi di penghujung 2016 menjadi cambuk bahwa pentingnya Pancasila sebagai pendeteksi tameng produksi hidupnya ideologi tertutup yang mengancam kesatuan persatuan bangsa.
"Ideologi tertutup bersifat dogmatis. Ia tidak berasal dari cita-cita yang hidup dari masyarakat. Hanya muncul dari kelompok yang dipaksakan kehendaknya sendiri, tidak ada dialog dan demokrasi, lahir dari watak totaliter. Bagi mereka teror dan propganda jalan kunci tercapainya kekuasaan. Syarat mutlaknya mereka hendaki keseragaman pikir dalam bertindak," kata Megawati.
Oleh karenanya pemahaman akan agama dan keyakinan sebagai bentuk kesosialan pun dihancurkan. Selain itu demokarasi dan keberagaman ideologi tertutup tidak dotolerir. Mereka kata Mega anti kebhinnekaan.
"Itu kenapa muncul SARA akhir-akhir ini. Pemimpin yang ideloginya terutup pun memosikan diri mereka sebagai peramal masa depan. Mereka dengan fasih ramalkan sesuatu yang akan terjadi di masa depan termasuk kehidupan setelah dunia fana. Padahal mereka belum pernah melihatnya. Ini jelas pertentangan dengan Pancasila," kata Megawati.
Bung karno kata Megawati sebagai penggali Pancasila bukan sebagai pemilik. Pancasila adalah warisan, budaya bangsa Indonesia. Saat Indonesia berumur 71 tahun, Megawati meminta semua pihak jangan sekali-kali melupakam sejarah.
Pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipatif, bintang penuntun dan penarang bangsa Indonesia.
"Pancasila selalu relevan sepanjang masa. Untuk membuat Pancasila tidak kaku dan keras dalam hadapi persoalan bangsa, implementasi harus dijalankan," ujar Presiden Kelima RI yang juga anak Bung Karno ini.
[rus]
BERITA TERKAIT: