Pakar panas bumi dari Universitas Indonesia (UI) Daud Yunus mengatakan, dirinya kerap memberikan pengertian kepada masyarakat untuk menjelaskan sistem kerja geothermal atau sumber panas bumi. Misalnya, kepada masyarakat sekitar Gunung Ciremai yang memiliki sumber panas bumi disampaikan dengan bahasa sederhana agar mudah dipahami.
"Kita menjelaskan sistem geothermal. Ada sumber panas, kita gambarkan seperti kompor, panci, air panas dan ada tutupnya. Kita sampaikan itu ribuan tahun sudah ada di dalam. Yang keluar ke permukaan hanya rembesan saja, bentuknya sumber air panas atau uap," jelasnya dalam diskusi Energi Kita di Gedung Dewan Pers, Kebion Sirih, Jakarta, Minggu (13/11).
Namun, Daud mengakui bahwa reaksi masyarakat juga tergantung dari kondisi politik terbaru di wilayahnya. Jika di sebuah daerah akan menghadapi pilkada maka masyarakat akan sangat keras menolak kendati telah dijelaskan secara ilmiah dan rasional sekalipun.
"Tergantung, ada kaitannya dengan pilkada atau tidak. Kalau ada pilkada, dijelaskan dengan berbusa-busa mereka tidak akan setuju, malah nyuruh pergi," ujarnya.
Untuk menghadapi hal itu dibutuhkan penjelasan kepada masyarakat lebih banyak lagi. Agar pengembangan energi panas bumi di Indonesia bisa dioptimalkan ke depan. Selain juga upaya lain yang kerap dipakai bersama pemerintah agar masyarakat memahami akan potensi besar di wilayahnya adalah melakukan pendekatan dengan para pemimpin setempat.
Di Aceh misalnya, Daud pernah melakukan pendekatan dengan kepala suku dan meraih hasil sangat positif. Saat itu pihaknya tengah mencoba membantu mengeksplorasi sumber panas bumi.
"Di Pontianak juga sama kita pendekatan ke kepala suku. Kita lakukan pendekatan sosial, mohon izin, kepala menunduk, ya di masyarakat itu. Ada sesuatu yang harus kita ikutin cara mereka," imbuhnya.
[wah]
BERITA TERKAIT: