Menurut Ketua Umum Bara JP, Sihol Manulang, pemerintahan yang dikomandoi Presiden Jokowi dan wakilnya, Jusuf Kalla justru kerja keras menjalankan program-program yang sebelumnya sudah dicanangkan.
"Kegaduhan bukan terjadi di pemerintah, tapi di parlemen. Pemerintah serius bekerja," kata Sihol dalam diskusi catatan kritis Nawacita: "Masihkah Optimis Ditengah Kegaduhan?" di gedung PBNU, Jakarta, Senin (21/12).
Dalam acara tersebut hadir juga narasumber lainnya, yakni pengamat politik IPI Karyono Wibowo dan Dekan Fakultas Hukum Universitas Nasional, Ismail Rumadan.
Dia menjelaskan, masyarakat saat ini hanya sibuk menyoroti kesalahan-kesalahan pemerintahan. Salah satunya soal pelemahan nilai mata Rupiah terhadap USD yaitu depresi 18 persen. Padahal, Ringgit Malaysia terperosok hingga melemah 31 persen.
"Lho, pakai data mana bilang rupiah hanya melemah 18 persen. Justru perhitungan pasar, Ringgit sebenarnya melemah 31 persen. Ini tidak banyak orang memperhatikannya, justru malah menyerang," ungkap Sihol.
Tak hanya itu, Sihol tambahkan, orang juga tidak memperhatikan bahwa 20 persen orang kaya menikmati 51 persen subsidi BBM, sementara 20 persen orang miskin hanya menikmati 7 persen subsidi BBM. Maka jelas, pencabutan subsidi BBM tidak melemahkan yang miskin.
"Sesungguhnya hanya sedikit mengurangi kenikmatan orang kaya. Sebab bersamaan dengan pencabutan subsidi BBM, ada social safety net berupa KKS, KIS, dan KIP," jelas dia.
Sihol melanjutkan, di tengah kegaduhan DPR, pemerintah kembali bekerja keras menyiapkan kapal pengangkut ternak KM Camara Nusantara 1 di Dermaga 107, Pelabuhan Tanjung Priok. Kapal itu dapat menempuh jarak 1.081 nautical mile, selama 113 jam dari Tenau (Kupang). Dan isi kapal itu berupa sapi siap potong sebanyak 500 ekor.
"Ini adalah bukti bahwa nawacita Jokowi akan bertambah optimis dalam kegaduhan. Kita percaya kepada para politisi, meski kita tahu mereka berdusta. Kita harus ambil sikap lebih kritis kepada para politisi dalam Pileg 2019," demikian Sihol.
[sam]