Salah satu contohnya adalah pembagian langsung kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan kepada 1.000 nelayan di Sibolga, Sumatera Utara.
"Pemerintah hatinya di nelayan. Nelayan harus bersyukur dan jaga kepercayaan ini. BPJS kasih kartu, bank-bank juga kasih Kredit usaha Rakyat (KUR). Ini digunakan untuk usaha yang lebih besar, jangan dipakai kawin lagi," canda Rizal, usai membagikan kartu BPJS dan truk pengangkut es kepada nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara, Sibolga, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Kamis (17/11).
Menurut Rizal, program BPJS Ketenagakerjaan sangat baik untuk menjamin kehidupan nelayan. Jika nantinya nelayan mengalami kecelakaan, ia bisa langsung dirawat secara gratis. Selain itu, pendidikan anak-anak nelayan juga dijamin BPJS tersebut. Bahkan jika nelayan meninggal di laut, maka ada pembayaran 48 kali lipat dari iuran yang telah dibayarkan untuk keluarga yang ditinggalkan.
"Pemerintah bagi 1000 dulu buat perkenalan di Sibolga. Biaya polisnya setengah bungkus rokok per bulan. Makanya ibu-ibu disini tegur bapak-bapaknya, daripada ngerokok mending bayar asuransi BPJS, lebih manfaat," ujar Rizal.
Tak hanya kepada BPJS, Rizal juga mengapresiasi perbankan milik negara seperti BRI, BNI dan Mandiri yang mau memberikan bantuan modal usaha kepada nelayan. Rizal sempat berbagi pengalaman saat mencetuskan program simpanan desa atau KUR sampai ke pelosok-pelosok desa.
"Makin banyak bank membantu nelayan, bank juga untung," ucap Rizal.
BPJS Ketenagakerjaan juga memberikan stimulus berupa keringanan tidak perlu membayar premi sebesar Rp16.800 per bulan, selama enam bulan. Premi tersebut terdiri atas jaminan kecelakaan kerja sebesar Rp 10.000 dan jaminan kematian sebesar Rp 6.800.
Di tempat yang sama, Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan, Elvyn G. Masassya, mengatakan, perlindungan sosial sangat penting bagi kaum nelayan yang jumlahnya mencapai 16 juta orang di negeri mairitim ini.
Elvyn mengungkapkan, pihaknya menargetkan 1 juta nelayan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan pada 2016. Karena itu pihaknya bekerjasama dengan Kemenko Maritim dan Sumber Daya serta Kementerian Kelautan dan Perikanan.
"Saat ini baru 10.000-an nelayan yang baru jadi peserta di seluruh Indonesia. Sedangkan di Sibolga dan Tapanuli Tengah, ada seratusan ribu nelayan yang diharapkan bisa jadi peserta," ujar Elvyn.
[ald]
BERITA TERKAIT: