"Pembantaian Charlie Hebdo seharusnya menjadi warning terhadap pemerintahan Jokowi-JK agar pejabat bidang Polkam meningkatkan kepekaannya dan tidak boleh bekerja setengah hati menghadapi terorisme yang mengancam keamanan bangsa," ujar Sekretaris Eksekutif Pusat Kajian (Pusaka) Trisakti Fahmi Habsyi kepada Kantor Berita Politik
RMOL (Sabtu, 10/1).
Fahmi mengatakan, para pelaku teror akan selalu menjadikan alasan apapun untuk menyebarkan kebencian dan teror. Untuk itu, ia mengimbau untuk tidak memberikan "ruang legitimasi" bagi para teroris untuk mewujudkan pesan-pesan kebencian yang jelas menyimpang dari nilai luhur kitab suci agama-agama.
Dijelaskan Fahmi bahwa kekerasan yang dibawa pelaku teror merupakan bibit sejarah kekerasan sejak kemunculan aliran Wahabi abad-18 di Saudi. Kelompok ini menghalalkan pembunuhan para ulama beraliran Sunni-Syiah yang berbeda pendapat dengan mereka. Selain itu, kelompok ini juga mudah mengkafirkan dan membid'ahkan golongan apapun di luar alirannya, sehingga cenderung destruktif terhadap warisan peninggalan dan peradaban budaya yang ada.
"Berbeda dari Islam Sunni yang masuk ke Indonesia dibawa Wali Songo yang meniru akhlak welas asih kanjeng rasul. Pelajari dari google sejarah lahirnya Wahabi dan kenali ciri-cirinya di sekitar kita," katanya.
Lebih lanjut, fahmi mengingatkan bahwa sudah saatnya bagi seluruh bangsa Indonesia untuk melestarikan nilai luhur dan adat ketimuran bangsa. Kebebasan berekspresi yang dimiliki tetap harus saling menjaga perasaan umat beragama.
"Hari ini saya mengajak seluruh elemen bangsa, mari hargai kesucian Muhammad SAW, Yesus, Sang Budha, Wisnu. Hargai mereka sebagaimana kita menghargai nama baik orang tua kita sendiri," pungkasnya.
[ian]
BERITA TERKAIT: